Senin, 03 September 2012

HUBUNGAN IMPLIKATIF


Sebuah terjemahan sederhana dari salah satu Bab pada 
buku "Philosophy of Language" karya: William G. Lycan

*      Tinjauan
*      Menyampaikan Makna dan Simpulan
*      Implikatur Percakapan
*      "Presuposisi" dan Konvensional
*      Implikatur
*      Daya Tidak Langsung
*      Ringkasan


A. Tinjauan
Untuk memahami keseluruhan makna, suatu kalimat memerlukan kalimat lain. Namun, ada beberapa cara untuk memahami makna kalimat maupun ucapan-ucapan tersebut. Pertama, seringkali penutur menggunakan kalimat yang maknanya tidak selalu sama dengan makna sebenarnya, misalnya pada sarkasme (halusàkasar)  atau kalimat bermakna banyak.
Grice dalam teorinya “implikatur percakapan” mengemukakan bahwa implikasi (siratan) dihasilkan oleh serangkaian prinsip percakapan yang mengatur kerja sama. Petutur mengambil simpulan berdasarkan implikasi yang diperolehnya dari kerja sama saat bertutur. Namun, kesulitannya adalah mengambil simpulan dari implikasi secara cepat dan akurat.
Kedua, kritikan Strawson terhadap Theory of Descriptions milik Russell yang menunjukkan gagasan tentang “presuposisi” yang berbeda pada entailmen. Ketika presuposisi gagal, kalimat tersebut tidak salah, tetapi  tidak memiliki kebenaran pada keseluruhannya. Dalam hal ini, sulit ditemukan contoh yang sesuai.
Ketiga, beberapa implikasi memiliki pilihan kata khusus, seperti “tapi” yang dilawankan dengan “dan”. Keduanya memiliki kesamaan makna, kecuali pada konotasi kontrastif. Grice menyebutnya sebagai gejala “implikatur konvensional”.
Keempat, ada beberapa kalimat yang digunakan untuk melakukan tindak tutur selain tindakan yang ditandai dengan tata bahasa dan isi semantik. Untuk menjelaskan “daya tidak langsung”, Searle mencoba memperluas teori Grice tentang “implikatur percakapan”. Akan tetapi, hal tersebut gagal karena sedikitnya ketersediaan data yang tidak mampu memberikan alternatif yang memuaskan.
Davidson mengemukakan tentang semantik yang mampu melihat implikasi pada kalimat yang memiliki hubungan entailmen. Akan tetapi, Grice (1975) telah mengemukakan bahwa implikasi berasal dari berbagai jenis yang menjadi gejala secara alami.

B. Menyampaikan Makna dan Simpulan
Pertama, “menyampaikan makna” tuturan. Hal tersebut wajar (meskipun tidak wajib) untuk menggambarkan gejala pada makna penutur. Pada banyak kasus percakapan, kalimat yang diucapkan penutur memiliki makna sebagai P, tetapi maksud utama komunikasi penutur adalah untuk menyampaikan sesuatu yang berbeda itu Q. Misalnya, saya berkata pada seorang pengunjung yang ribut “There’s the door,” yang maknanya bukan berarti “You are to leave now,”. Dalam hal ini, saya mengatakan satu hal, tetapi maksudnya lain. Pengunjung yang ribut benar-benar dituntut untuk memikirkan hal ini sejenak.
Di sini terdapat fenomena linguistik (seperti daya ilokusi). Hal tersebut merupakan bagian yang harus dipahami sebagai penutur yang berkompeten dalam bahasa. Jika Anda adalah penutur asing yang fasih berbahasa Inggris atau setidaknya telah belajar makna leksikal pada kata-kata dan cukup mengetahui tata bahasa untuk memahami makna sebenarnya (harfiah) pada kalimat, meskipun terdapat penghilangan terhadap hal-hal penting.

C. Implikatur Percakapan
Grice (1975) melihat makna penutur sebagai komunikasi yang menggambarkan keadaan mental seseorang. Ia mulai mengaji hal tersebut sebagai sebuah mekanisme percakapan dan norma-norma sosial yang ikut mengatur terjalinnya kerja sama dalam percakapan. Ia kemudian melanjutkan konsep tersebut untuk mengembangkan teorinya yang dikenal dengan “Implikatur Percakapan”.
Grice mengemukakan tentang prinsip kerja sama: “Berikanlah kontribusi percakapan Anda seperti yang diperlukan saat Anda terlibat pada percakapan tersebut”. Prinsip Kerja Sama ini memiliki beberapa maksim percakapan, yaitu:
(M1) Buatlah kontribusi Anda informatif dalam percakapan sesuai dengan tujuan pertukaran. (Maksim Kualitas)
(M2) Jangan membuat kontribusi Anda lebih informatif dari yang diperlukan.
(M3) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah.
(M4) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda tidak memiliki bukti cukup. (Maksim Kuantitas)
(M5) Buatlah menjadi relevan. (Maksim Relevansi/Hubungan)
(M6) Hindari ambiguitas. (Maksim Cara)
(M7) Singkat (menghindari hal bertele-tele yang tidak perlu).

Maksim berfungsi untuk mempercepat pemberian dan penerimaan informasi dengan cara yang jelas. Hal inipun dimaksudkan agar penjelasan yang dikemukakan oleh pembicara merupakan suatu kebenaran, tanpa melibatkan makna yang lain. Grice menawarkan hal tersebut dalam bentuk pola standar penalaran bagi pendengar (petutur).
Teori Grice tentang implikatur percakapan diterima secara luas. Ada dua keluhan yang dikemukakan berkaitan dengan teori tersebut. Pertama, beberapa filsuf curiga terhadap sejumlah penalaran yang kompleks dalam waktu seketika dan hampir tidak disadari sepenuhnya. Sedangkan dalam berbagai bentuk kehidupan secara nyata, banyak penalaran yang dilakukan secara cepat, namun tetap dalam keadaan sadar. Kedua, sebagian besar penalaran dari Gricean terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap awal negatif dan tahap positif. Pada tahap awal negatif, pendengar mendeteksi bahwa makna pembicara menyimpang dari makna kalimat. Pada tahap positif, si pendengar menyimpulkan pembicaraan.
Praktisi yang mengaji “relevansi” berpendapat bahwa ada jenis baru dari implikasi yang disebut dengan eksplikatur. Eksplikatur merupakan sesuatu yang tersirat, namun terlihat.
Carston (1988) dan Recanti (1989) memberikan contoh: Dia meletakkan surat itu, meneteskan air matanya, dan berjalan perlahan ke tepi tebing, kemudian  melompat. Implikasi menyatakan bahwa si Dia melompat ke tebing. Implikasi ini tidak bisa dibatalkan tanpa adanya kontradiksi seperti menambahkan “bukan melompat ke tebing, melainkan hanya naik-turun dekat tepinya”. Dalam hal ini, Carston dan Recanti berpendapat jika implikasi tidak dibatalkan secepatnya, implikasi tetap akan bertahan pada subjek yang melompat ke tebing.
Teori Relevansi ini berbeda dengan pengembangan model Grice. Mereka menolak adanya proses linguistik secara khusus untuk menghasilkan implikatur, terutama pada penerapan maksim percakapan Grice. Sebaliknya, mereka tetap mempertahankan konsep implikatur sebagai hasil pengolahan kognitif yang bertujuan untuk mengefesiensikan informasi secara umum.

D. Presuposisi dan Implikatur Konvensional
Seorang filsuf dan ahli bahasa banyak mengambil ide Strawson yang memberikan contoh: Raja Perancis saat ini botak. Strawson berpendapat bahwa Raja Perancis adalah botak tidak salah, tetapi tidak memiliki nilai kebenaran sepenuhnya. Dalam hal ini terlihat presuposisi yang menyatakan adanya Raja Perancis dan ia botak. Situasi ini terjadi terus-menerus sehingga membuat sebuah konvensi pada masyarakat bahwa Raja Perancis itu botak. Implikatur yang secara konvensional telah terbentuk dapat dibatalkan dengan pernyataan “Raja Perancis sekarang tidak botak”.
Grice menyebutkan bahwa pembicara mengimplikasikan sesuatu dengan tidak mengatakannya secara benar. Contohnya, Ia seorang berkebangsaan Inggris. Oleh karena itu, ia pemberani.

E. Daya Tidak Langsung
Tindak tutur dari pemakaian seperti biasanya dari deklaratif adalah untuk membuat pernyataan, interogatif adalah untuk mencari informasi, dan dan direktif untuk memerintah.
(11) Aku ingin kau pergi ke Festival Brokoli dengan aku.
(12) Dapatkah Anda mencukupkan garam?
(13) Percayalah padaku ketika aku mengatakan tidak akan pernah lagi mencampur Glenfiddich dan obat penghilang rasa sakit.
(14) Katakan padaku bagaimana kamu menyelamatkan Kate Winslett dari katak pohon raksasa yang makan Pittsburgh.
(15) Aku ingin kamu mengatakan padaku apa yang terjadi dengan ketiga anakku.
Kalimat (11) secara tata bahasa merupakan kalimat deklaratif, tetapi biasanya digunakan untuk meminta atau memerintah. Kalimat (12) adalah kalimat interogatif, namun biasanya tidak digunakan sebagai pertanyaan mencari informasi, melainkan berisi permintaan. Kalimat (13) dan (14) merupakan kalimat imperative, namun biasanya digunakan untuk membuat pernyataan maupun pertanyaan. Sedangkan kalimat (15), meskipun digunakan untuk menyatakan sesuatu (deklaratif), namun lebih serin digunakan untuk mengajukan pertanyaan.
Searle (1975) menyarankan adanya pendekatan konservatif untuk kalimat tidak langsung. Ia berpendapat bahwa kalimat tidak langsung pada suatu ucapan dapat diprediksi hanya dengan menggunakan prinsip-prinsip umum tindak tutur. Teori ini digunakan untuk mengetahui bagaimana mekanisme pendukung Grice pada tuturan.

F. Simpulan
*      Pembicara sering kali menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan makna secara harfiah pada kalimat yang diujarkannya.
*      Grice mengemukakan teori tentang implikatur percakapan yang membahas implikasi dari seperangkat prinsip kerja sama. Akan tetapi, hal ini ditentang oleh Davis.
*      Penganut Teori Relevansi menolak gagasan implikatur yang dihasilkan oleh seperangkat maksim percakapan. Mereka berpendapat bahwa implikatur merupakan produk yang berasal dari pengolahan kognitif untuk mengefesienkan informasi secara umum.
*      Strawson mengkritik Teori Deskripsi dari Russel yang membedakan antara presuposisi dengan entailmen. Akan tetapi, contoh yang jelas dari relasi ini sulit ditemukan.
*      Implikatur konvensional memiliki pilihan kata yang khusus.
*      Searle mencoba menjelaskan teori Grice tentang implikatur melalui penggunaan kalimat tidak langsung.

Tidak ada komentar: