1.
Periode awal
a. India
Di India orang mempelajari bahasa
untuk kepentingan ritual, membaca kitab weda. Bahasa yang terdapat pada kitab
weda adalah bahasa sansekerta. Panini adalah seorang sarjana Hindu yang
memerikan struktur bahasa sansekerta dalam bukunya, Astdhyasi. Ia beranggapan
bahwa mempelajari tata bahasa sansekerta itu penting agar hikmah dalam kitab
weda tetap terjaga, doa menjadi kabul.
b.
Yunani
Kalau orang India lebih memperhatikan
dengan teliti tentang peristiwa-peristiwa bahasa dan menguraikan dan
menyusunnya secara teratur serta mendalam, berbeda dengan Yunani. Yunani lebih
mempersoalkan mengapa terjadi peristiwa tersebut. Hal ini disebabkan oleh latar
belakang bidang yang mempengaruhinya, yaitu filosof, yang bertitik tolak pada
filsafat (hakikat sesuatu, tentang kebenaran, asal mula).
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi
pertentangan pada masa ini, yaitu (1) fisis dan nomos, (2) analogi dan anomali.
Bahasa bersifat fisis atau alami
karena memiliki hubungan asal-usul, adanya hubungan antara kata dengan benda.
Misalnya, Tokek (memiliki hubungan dengan bunyi), supan-supan (tanaman yang
menutup ketika disentuh, udang baah (udang yang hanya ada ketika air pasang,
baah). Kelompok yang menganut paham ini adalah kaum naturalis.
Bahasa bersifat nomos (konvensi)
menutur kaum konvensional menyebutkan bahwa bahasa memiliki makna yang
diperoleh dari kebiasaan atau tradisi yang kemungkinan dapat berubah. Sebagian
besar konsep benda, sifat, dan keadaannya yang sama diungkapkan dalam kata yang
berbeda, misal buku, lantai, dll.
Analogi (teratur), misalnya regular
verbs, pemajemukan è book:books
Anomali (tidak teratur), misalnya
irregular verbs è child:children, write: wrote
Tokoh-tokoh
Yunani antara lain Plato yang mempersoalkan hubungan antara lambang dan
acuan. Ia membagi kelas kata atas onoma dan rhema. Aristoteles
menganggap bahwa lambang dan acuan memiliki hubungan konvensional. Ia membagi kelas kata atas nomen, verbum, syndesmoi, arthon. Sedangkan kaum Alexandrian membagi kelas kata menjadi onoma (kt.benda), rhema
(kt.kerja), motosche (partikel), arthon (kt.sandang), antonymia (kt.ganti),
prothesis (kt.depan), epirrthema (kt.keterangan), dan syndesmoi (kt.sambung).
c. Masa Romawi
Salah satu tokoh
yang terkenal di masa Romawi adalahVarro yang membuat buku berjudul De Lingua
Latina. Buku tersebut membahas etimologi (ilmu yang mempelajari asal mula
kata), morfologi (kt.benda, kt.kerja, partisipel, adverbium). Selain itu, Priscia juga telah membuat tata bahasa priscia yang membahas fonologi
(bunyi dan penggambarannya), morfologi (diksià kelas kata), dan sintaksis (gramatika).
d. Masa Pertengahan
Pada masa
pertengahan, bahasa Latin dianggap sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan
bahasa ilmu pengetahuan. Pada masa ini terdapat Kaum Stoik yang masih
mempersoalkan lambang dan acuan (fisis, nomos, analogi dan anomali). Mereka menghasilkan
Tata bahasa spekulativa yang beranggapan bahwa semua bahasa memiliki kata untuk
konsep yang sama, dan semua bahasa akan menyatakan kesamaan jenis kata dan
kategori gramatikal yang lainnya.
e. Masa Renaissance
Pada masa ini sudah banyak penguasaan terhadap bahasa Latin, Yunani,
Ibrani, dan Arab. Kajian sudah menitikberatkan bahasa dari
segi pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.
2.
Periode Perkembangan
Pada periode ini ilmu perbandingan
bahasa mencapai puncaknya. misalnya pengkajian terhadap bahasa dilakukan untuk
kepentingan agama kristen. Hal ini dilatarbelakangi oleh terpecahnya kristen
menjadi kristen katolik dan protestan. Adanya krisis keuangan menyebabkan
gereja pada saat itu menerbitkan surat pengampunan dosa yang kemudian
ditentang. Akibatnya, kitab injil menjadi berbeda, injil yang dibawa ke Eropa
Timur dan injil yang dibawa dari Ibrani juga berubah. Dari perubahan ini
muncullah keinginan untuk mempelajari tata bahasanya yang kemudian dilakukan
penelitian dalam bentuk historis komparatif (Perbandingan dua bahasa atau lebih
pada periode waktu yang berbeda.).
Pada abad kedelapan belas perhatian mulai diarahkan kepada
bahasa-bahasa di luar Eropa. Pengumpulan bahasa secara besar-besaran
oleh misionaris. G.W. Leibnitz adalah salah satu tokoh yang membahas kekeluargaan
bahasa. Sedangkan Sir William Jones membandingkan bahasa
Sansekerta, bahasa Yunani, dan bahasa Latin.
Pada abad kesembilanbelas perhatian
terhadap perbandingan bahasa dan pengotonomian bahasa sebagai ilmu. Para pemikir
tidak hanya membaca dan membandingkan teks, melainkan mulai mempersoalkan asal
usul bahasa. Tokoh pada masa ini adalah E.B. Condillac yang membahas asal
mula bahasa berpangkal pada bunyi-bunyi alamiah dalam bentuk teriakan akibat
emosi. J.G. Herder menganggap bahasa berasal dari nyanyian yang terbentuk dari
bunyi-bunyi langsung dan tidak langsung di sekitarnya. (peniruan bunyi). Sedangkan Wilhelm von Humboldt menganggap bahasa tidak terjadi karena sangat
diperlukan. Kata-kata timbul tidak didahului dengan suara, melainkan dari
adanya keinginan manusia itu sendiri.
3.
Periode Pembaharuan
a.
Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure adalah Bapak Linguistik Modern karena (1) bahasa telah dikaji secara
otonom, (2) pengkajiannya bersifat deskriptif, (3) menggunakan telaah sinkronik
(menyelidiki bahasa pada waktu tertentu tanpa membandingkan bahasa dengan
bahasa yang lain, dan tanpa membandingkan periode waktunya dengan periode waktu
yang lain.).
Konsep yang dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure adalah (1) telaah
sinkronik dan diakronik, (2) perbedaan Langue dan Parole, (3) perbedaan
signifiant dan signifie, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Telaah
sinkronis menyelidiki bahasa pada
waktu tertentu tanpa membandingkan bahasa dengan bahasa yang lain, dan tanpa
membandingkan periode waktunya dengan periode waktu yang lain. Sifatnya
horizontal, mendatar. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo pada masa
pendudukan Jepang. Telaah diakronis
menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa. Sifatnya vertikal. Misalnya,
penelitian terhadap bahasa Gorontalo sejak mula adanya sampai sekarang.
Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi
sebagai alat komunikasi verbal antara anggota masyarakat bahasa, sifatnya abstrak.
Sedangkan parole merupakan realisasi
dari langue, sifatnya konkrit.
Signifian adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi
yang timbul dalam alam pikiran. Sedangkan signifie
adalah pengertian atau kesan makna.
Signe adalah kata.
Sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat
dalam tuturan yang berurutan, linear. Sedangkan paradigmatik merupakan hubungan anatara unsur-unsur yang terdapat
dalam tuturan dengan unsur-unsur sejenis.
b.
Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield
merupakan Bapak linguistik struktural karena pengkajiannya seputar struktur
bahasa. Ia tidak mengkaji makna. Makna hanya dianggap sebagai sampingan,
periferal. Menurut Leonard Blooomfield setiap bahasa mempunyai struktur. Setiap
struktur terdiri atas unsur-unsur yang merupakan bagian dari unsur yang lebih
tinggi/besar. Oleh karena itu, harus dicari pendekatan untuk menganalisis
strukturnya, misalnya dengan segmentasi.
c. Noam
Chomsky
- tata bahasa transformasi
- kompetensi dan performansi
- struktur dalam dan struktur luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar