Sabtu, 15 September 2012

Pendidikan dan Kebudayaan


1.   Pendahuluan
Proses pendidikan dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Di dalam bentuk pendidikan formal secara tradisional ditekankan pada perkembangan kemampuan intelektual peserta didik.  Bentuk nonformal  lebih menekankan pada pembentukan kemampuan keterampilan seseorang. Sedangkan bentuk informal, lebih menekankan pada pembentukan emosi dan berbagai jenis kemampuan intelegensi yang sering terabaikan di dalam lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal. Akibatnya, peran kebudayaan dalam lembaga pendidikan untuk menghasilkan manusia seutuhnya, hanya ditujukan pada intelektual semata dan alat produksi tenaga kerja. Padahal, gelombang globalisasi akibat kemajuan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dapat menjadi bahaya terhadap identitas budaya suatu bangsa.
Makalah ini akan membahas mengenai kebudayaan dalam pendidikan nasional dan keterkaitan antara pendidikan dan kebudayaan pada masa sekarang. 

2.   Kebudayaan dalam Pendidikan Nasional
Kebudayaan di dalam pendidikan nasional bukanlah hal yang baru. Bahkan, pendidikan nasional di dalam bentuknya merupakan kegiatan kebudayaan. Ketika pendidikan nasional belum terbentuk suatu sistem atau ketika pendidikan untuk bangsa Indonesia belum ada dan hanya pendidikan model kolonial pada masa penjajahan, pendidikan dalam arti yang luas tetap ada di dalam masyarakat dan bangsa Indonesia di dalam kegiatan kebudayaan.
Dalam era reformasi ini diharapkan lahir manusia-manusia yang cerdas dan berbudaya yang akan menjadi pilar-pilar yang kukuh. Cerdas dalam hal ini bukan hanya menyangkut masalah kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosi, spritual, etika, dan estetika. Apabila hanya satu aspek saja dari pribadi manusia yang dikembangkan, hasilnya dapat kita lihat pada masa-masa sebelum reformasi. Hasil yang telah dicapai merupakan kegagalan dalam pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional telah menghasilkan manusia-manusia parsial dalam perkembangan kepribadiannya, manusia yang mudah dibangkitkan amarahnya, yang tidak toleran, dan kurang bertanggung-jawab terhadap kehidupan sesamanya. Kehidupan yang bercorak KKN menunjukkan kualitas manusia yang tidak berbudaya. Kerusuhan, gejala-gejala disintegrasi bangsa yang menunjukkan kurangnya komitmen terhadap kehidupan Indonesia yang bersatu. Manusia Indonesia seakan-akan kehilangan pegangan yang mengikat dalam kehidupan bersama membentuk suatu masyarakat Indonesia yang adil dan damai. Unsur pengikat itu adalah nilai-nilai kebudayaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

3.   Pendidikan dan Kebudayaan
Suatu pendidikan tidak terjadi dengan vakum, tetapi terlaksana di dalam suatu kehidupan berbudaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Kepribadian tiap individu terbentuk karena adanya nilai-nilai budaya tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, dan dididik. Tanpa kebudayaan, tidak mungkin lahir suatu kepribadian. Oleh karena itu, proses pendidikan tidak terlepas dari proses pembudayaan. Dari nilai-nilai kebudayaan yang terwujud di dalam kehidupan keluarga, masyarakat lokal, masyarakat nasional, dan seterusnya ke dalam kehidupan masyarakat dunia, semuanya terwujud di dalam nilai-nilai yang hidup di dalam lingkungan kemanusiaan yang semakin meluas. Pendidikan bukan semata-mata hanya untuk mentransformasikan nilai-nilai universal, tetapi juga nilai-nilai partikular atau khusus yang hidup di dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman-pengalaman pendidikan di dalam masyarakat yang multi-etnis. Tilaar (2000: 191) mengungkapkan mengenai pengalaman pendidikan di masyarakat multi-etnis yang menunjukkan bahwa pendidikan akan berhasil apabila bertitik-tolak dari nilai-nilai budaya asal yang secara bertahap memasuki nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang lebih luas.
Ahli antropologi seperti Geertz  menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang terkungkung dalam jaringan-arti yang ditentukannya sendiri (dalam Tilaar, 2000: 191). Maksudnya, manusia tidak akan menjadi dewasa jika terpisah dari masyarakatnya yang memiliki kebudayaan sendiri. Karena, manusia terkungkung di dalam kebudayaannya. Namun, manusia bukanlah semata-mata hasil kungkungan dari nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri merupakan jaringan-arti yang merupakan hasil tenunan manusianya sendiri. Kreativitas, inovasi, dan akulturasi di dalam transmisi kebudayaan menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif. Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Ini berarti, jika proses pendidikan tidak melahirkan manusia-manusia yang kreatif dan kritis, jaringan-arti yang ditenunnya semakin lama semakin kaku, kadaluwarsa, dan akhirnya mati. Dengan kata lain, kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan, sebagaimana proses pendidikan itu sendiri yang juga tidak terlepas dari jaringan kebudayaan.
Kekeliruan selama ini dalam proses pendidikan nasional adalah kecenderungan memisahkan proses pendidikan dari nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terjadi karena nilai-nilai kebudayaan telah direduksikan sebagai nilai-nilai intelektual. Sehingga, pendidikan yang menitik-beratkan pada intelektualisme berakibat bukan hanya pada terancamnya kebudayaan, tetapi juga pada pendidikan itu sendiri.  Belum lagi jika kita berbicara mengenai kebhinekaan budaya Indonesia yang mengandung nilai-nilai yang sarat akan nilai-nilai moral, etis, dan nilai-nilai lainnya. Kebudayaan lokal mulai dilupakan dan kebudayaan nasional mungkin tersingkirkan, sisanya hanya nilai-nilai budaya yang dapat dikomersilkan.

4.  Simpulan
 Pada masa sekarang peranan kebudayaan dalam suatu lembaga pendidikan untuk menghasilkan manusia seutuhnya hanya ditujukan pada intelektual semata. Padahal, manusia-manusia yang cerdas dan berbudaya diharapkan dapat menjadi pilar-pilar yang kokoh. Dalam hal ini, kecerdasan tidak hanya menyangkut masalah kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosi, spritual, etika, dan estetika.
Kepribadian tiap individu terbentuk karena adanya nilai-nilai budaya tempat mereka dilahirkan, dibesarkan, dan dididik. Tanpa kebudayaan, tidak mungkin lahir suatu kepribadian. Manusia adalah makhluk yang aktif. Kemampuan kreativitas dan aktivitas manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Hal ini berarti kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan.

Tidak ada komentar: