1. Pendahuluan
Proses
pendidikan dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Di dalam bentuk pendidikan formal secara
tradisional ditekankan pada perkembangan kemampuan intelektual peserta
didik. Bentuk nonformal lebih menekankan pada pembentukan kemampuan
keterampilan seseorang. Sedangkan bentuk informal, lebih menekankan pada
pembentukan emosi dan berbagai jenis kemampuan intelegensi yang sering
terabaikan di dalam lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal.
Akibatnya, peran kebudayaan dalam lembaga pendidikan untuk menghasilkan manusia
seutuhnya, hanya ditujukan pada intelektual semata dan alat produksi tenaga
kerja. Padahal, gelombang globalisasi akibat kemajuan teknologi, khususnya
teknologi komunikasi dapat menjadi bahaya terhadap identitas budaya suatu
bangsa.
Makalah
ini akan membahas mengenai kebudayaan dalam pendidikan nasional dan keterkaitan
antara pendidikan dan kebudayaan pada masa sekarang.
2. Kebudayaan
dalam Pendidikan Nasional
Kebudayaan
di dalam pendidikan nasional bukanlah hal yang baru. Bahkan, pendidikan
nasional di dalam bentuknya merupakan kegiatan kebudayaan. Ketika pendidikan
nasional belum terbentuk suatu sistem atau ketika pendidikan untuk bangsa
Indonesia belum ada dan hanya pendidikan model kolonial pada masa penjajahan,
pendidikan dalam arti yang luas tetap ada di dalam masyarakat dan bangsa
Indonesia di dalam kegiatan kebudayaan.
Dalam
era reformasi ini diharapkan lahir manusia-manusia yang cerdas dan berbudaya
yang akan menjadi pilar-pilar yang kukuh. Cerdas dalam hal ini bukan hanya
menyangkut masalah kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosi, spritual,
etika, dan estetika. Apabila hanya satu aspek saja dari pribadi manusia yang
dikembangkan, hasilnya dapat kita lihat pada masa-masa sebelum reformasi. Hasil
yang telah dicapai merupakan kegagalan dalam pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional telah menghasilkan manusia-manusia parsial dalam
perkembangan kepribadiannya, manusia yang mudah dibangkitkan amarahnya, yang
tidak toleran, dan kurang bertanggung-jawab terhadap kehidupan sesamanya.
Kehidupan yang bercorak KKN menunjukkan kualitas manusia yang tidak berbudaya.
Kerusuhan, gejala-gejala disintegrasi bangsa yang menunjukkan kurangnya
komitmen terhadap kehidupan Indonesia yang bersatu. Manusia Indonesia
seakan-akan kehilangan pegangan yang mengikat dalam kehidupan bersama membentuk
suatu masyarakat Indonesia yang adil dan damai. Unsur pengikat itu adalah
nilai-nilai kebudayaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
3. Pendidikan
dan Kebudayaan
Suatu
pendidikan tidak terjadi dengan vakum, tetapi terlaksana di dalam suatu
kehidupan berbudaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Kepribadian tiap
individu terbentuk karena adanya nilai-nilai budaya tempat mereka dilahirkan,
dibesarkan, dan dididik. Tanpa kebudayaan, tidak mungkin lahir suatu
kepribadian. Oleh karena itu, proses pendidikan tidak terlepas dari proses
pembudayaan. Dari nilai-nilai kebudayaan yang terwujud di dalam kehidupan
keluarga, masyarakat lokal, masyarakat nasional, dan seterusnya ke dalam
kehidupan masyarakat dunia, semuanya terwujud di dalam nilai-nilai yang hidup
di dalam lingkungan kemanusiaan yang semakin meluas. Pendidikan bukan
semata-mata hanya untuk mentransformasikan nilai-nilai universal, tetapi juga
nilai-nilai partikular atau khusus yang hidup di dalam masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari pengalaman-pengalaman pendidikan di dalam masyarakat yang
multi-etnis. Tilaar (2000: 191) mengungkapkan mengenai pengalaman pendidikan di
masyarakat multi-etnis yang menunjukkan bahwa pendidikan akan berhasil apabila
bertitik-tolak dari nilai-nilai budaya asal yang secara bertahap memasuki
nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang lebih luas.
Ahli
antropologi seperti Geertz menyatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang terkungkung dalam jaringan-arti yang
ditentukannya sendiri (dalam Tilaar, 2000: 191). Maksudnya, manusia tidak akan
menjadi dewasa jika terpisah dari masyarakatnya yang memiliki kebudayaan
sendiri. Karena, manusia terkungkung di dalam kebudayaannya. Namun, manusia
bukanlah semata-mata hasil kungkungan dari nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan
itu sendiri merupakan jaringan-arti yang merupakan hasil tenunan manusianya
sendiri. Kreativitas, inovasi, dan akulturasi di dalam transmisi kebudayaan
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif. Kemampuan kreativitas dan
aktivitas manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Ini berarti, jika proses
pendidikan tidak melahirkan manusia-manusia yang kreatif dan kritis,
jaringan-arti yang ditenunnya semakin lama semakin kaku, kadaluwarsa, dan
akhirnya mati. Dengan kata lain, kebudayaan tidak terlepas dari proses
pendidikan, sebagaimana proses pendidikan itu sendiri yang juga tidak terlepas
dari jaringan kebudayaan.
Kekeliruan
selama ini dalam proses pendidikan nasional adalah kecenderungan memisahkan
proses pendidikan dari nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terjadi karena
nilai-nilai kebudayaan telah direduksikan sebagai nilai-nilai intelektual.
Sehingga, pendidikan yang menitik-beratkan pada intelektualisme berakibat bukan
hanya pada terancamnya kebudayaan, tetapi juga pada pendidikan itu
sendiri. Belum lagi jika kita berbicara
mengenai kebhinekaan budaya Indonesia yang mengandung nilai-nilai yang sarat
akan nilai-nilai moral, etis, dan nilai-nilai lainnya. Kebudayaan lokal mulai
dilupakan dan kebudayaan nasional mungkin tersingkirkan, sisanya hanya
nilai-nilai budaya yang dapat dikomersilkan.
4. Simpulan
Pada masa sekarang peranan kebudayaan dalam
suatu lembaga pendidikan untuk menghasilkan manusia seutuhnya hanya ditujukan pada
intelektual semata. Padahal, manusia-manusia yang cerdas dan berbudaya
diharapkan dapat menjadi pilar-pilar yang kokoh. Dalam hal ini, kecerdasan
tidak hanya menyangkut masalah kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan emosi,
spritual, etika, dan estetika.
Kepribadian
tiap individu terbentuk karena adanya nilai-nilai budaya tempat mereka
dilahirkan, dibesarkan, dan dididik. Tanpa kebudayaan, tidak mungkin lahir
suatu kepribadian. Manusia adalah makhluk yang aktif. Kemampuan kreativitas dan
aktivitas manusia adalah hasil dari proses pendidikan. Hal ini berarti
kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar