Sabtu, 15 September 2012

Wacana Percakapan


Wacana percakapan merupakan interaksi komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tuturan. Akan tetapi, percakapan lebih dari sekedar pertukaran informasi (Ismari, 1995: 3). Mereka yang mengambil bagian dan masuk ke dalam proses percakapan tersebut, asumsi-asumsi, dan harapan-harapan mengenai percakapan, bagaimana percakapan tersebut berkembang, dan jenis kontribusi yang diharapkan dibuat oleh mereka. Mereka dalam hal ini akan saling berbagi prinsip-prinsip umum yang akan memudahkan dalam menginterpretasikan ujaran-ujaran yang dihasilkan.
Pada wacana percakapan terdapat giliran tutur (turn-taking) dan pasangan berdekatan (adjacency pair). Giliran tutur dalam suatu percakapan sangat penting. Ismari (1995: 17) mengemukakan bahwa giliran tutur merupakan syarat percakapan yang dapat menimbulkan pergantian peran peserta. Dalam percakapan yang baik selalu terjadi pergantian peran, yaitu peran pembicara dan pendengar. Seorang penutur dengan pengetahuan yang kurang mengenai aturan pengambilan giliran tutur adalah penutur yang tidak memberikan kesempatan berbicara kepada lawan bicara. Orang seperti ini akan membangkitkan penilaian negatif atau akan membuat percakapan berakhir secepat mungkin.
Adanya giliran tutur dapat membantu menggambarkan keteraturan proses percakapan. Wujud keteraturan ini dapat dilihat pada rangkaian tuturan yang direpresentasikan menjadi pasangan berdekatan (adjacency pair). Ismari (1995: 11) menyebutkan pasangan berdekatan sebagai ujaran yang dihasilkan oleh dua pembicara secara berturut-turut. Ujaran kedua diidentifikasi dalam hubungannya dengan ujaran pertama. Ujaran pertama merupakan bagian pertama pasangan dan ujaran berikutnya merupakan bagian kedua dari pasangan. Oleh karena itu, seorang penutur pada saat menghasilkan tuturan mengharapkan lawan bicaranya akan memberikan bagian kedua pada pasangan yang serasi.
Pada wacana kelas, tuturan guru dan siswa akan membentuk rangkaian pasangan berdekatan yang terfokus pada topik tertentu. Hal ini merupakan gejala alamiah dalam proses percakapan, termasuk wacana kelas.
Di dalam pasangan berdekatan terdapat stimulus-respons dan feedback. Proses stimulus-respons yang berulang akan menimbulkan kebiasaan dan keteraturan. Proses ini dapat dilihat pada tuturan yang berfungsi sebagai inisiasi, dan diikuti oleh tuturan yang berfungsi sebagai respons. Inisiasi dapat dikatakan sebagai pembuka atau pemicu suatu tuturan. Sementara itu, respons merupakan hasil dari adanya inisiasi. Respons dapat dibedakan menjadi dua, yaitu respons langsung dan tak langsung (Haliday dan Hasan dalam Jumadi, 2005: 39). Respons langsung adalah tuturan yang digunakan secara langsung dalam menjawab pertanyaan. Bentuk respons ini adalah jawaban ya dan tidak. Sementara itu, respons tidak langsung adalah tuturan yang digunakan tidak secara langsung dalam menjawab pertanyaan. Pada umumnya bentuk respons tidak langsung digunakan untuk mengkomentari pertanyaan, mengabaikan relevansi (sangkalan), atau respons yang memberi informasi pendukung. Bagian ketiga dari pasangan berdekatan adalah feedback. Feedback dapat difungsikan sebagai penutup tuturan.
Pasangan berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi (I), respons (R), dan feedback (F) pada umumnya memiliki struktur, seperti a) [IRF], yakni struktur penuh, di dalamnya terdapat respons verbal secara penuh terhadap inisiasi, b) [IR (F)], struktur dari pasangan berdekatan yang di dalamnya terdapat inisiasi yang menyebabkan respons dalam bentuk nonverbal, dan c) [I (R)], yakni struktur yang memiliki inisiasi dalam bentuk penyampaian informasi proporsional yang tidak memerlukan respons.
Misalnya:
[IRF]
Guru    : Apa sudah benar jawaban Agus?
Siswa  : Benar.
Guru    : Baik.

[IR (F)]
Penumpang 1  : Bisa menggeser sedikit, mbak?
Penumpang 2  : (menggeser)

[I (R)]
Guru    : Diskusi akan dimulai minggu depan.
Siswa  :

            Suatu proses komunikasi dapat berlangsung lancar. Inisiasi (I) yang diikuti oleh respons (R) dan feedback (F) mengimplikasikan telah terjadinya percakapan yang berlangsung secara efektif dan efesien. Akan tetapi, tidak semua proses percakapan berlangsung secara efektif dan efesien. Adanya rangkaian sisipan (insertion sequences) dapat ditemukan di antara I dan R. Pada umumnya struktur seperti ini dapat dirumuskan dengan (Q (Q-A) A), (pertanyaan (pertanyaan-jawaban) jawaban) (Cock dalam Jumadi, 2005: 40-45).
Misalnya:
A: Banyak tidak yang ikut latihan bersama?
B: Kamu mengapa tidak ikut latihan?
A: Bagaimana lagi, aku ada ujian besoknya di kampus.
B: Lumayan banyak sih, yang ikut.

Contoh di atas memperlihatkan adanya sisipan dalam pasangan berdekatan. Pertanyaan A seharusnya dijawab secara relevan oleh B. Namun, B ternyata memberikan pertanyaan baru yang tidak relevan untuk menjawab pertanyaan A sebelumnya. Adanya pasangan berdampingan baru dari pasangan berdampingan yang seharusnya dituntaskan dapat disebut sebagai pasangan sisipan.
Pada interaksi di kelas bahasa yang digunakan guru berkaitan dengan pola penguasaan. Guru yang lebih dominan dapat menyebabkan terjadinya kekakuan dalam interaksi. Siswa dikondisikan untuk tidak diberi kesempatan berlatih dan kreatif dalam penggunaan bahasanya. Tuturan siswa pada bentuk ini lebih banyak yang bersifat langsung, sopan, lebih berhati-hati dalam penggunaan tuturan, dan kalimatnya pendek-pendek. Sementara idealnya suatu interaksi yang terjadi di kelas, yaitu adanya sikap saling menghargai terhadap pendapat dan pemberian kesempatan dalam berkreativitas. Umumnya, bentuk interaksi yang ideal ini seimbang antara guru dan siswa, bahkan ada kemungkinan siswa yang lebih mendominasi dalam keaktifan, sementara itu, guru hanya sebagai pendamping dan pengarah kepada pembelajaran yang lebih mandiri. Interaksi seperti ini sangat baik diterapkan pada kegiatan di kelas. Tuturan pada bentuk interaksi seperti ini tidak berbeda jauh dengan tuturan pada interaksi yang didominasi guru. Yang membedakan hanyalah adanya penghargaan pendapat dan kreatifitas kerja siswa tanpa tekanan mental.
 Pada interaksi di kelas terdapat tiga lapisan pertukaran, yaitu tindak, gerak, dan pertukaran (Ramirez dalam Arifin dan Rani, 2000: 52-55). Dijelaskan bahwa pertukaran itu merupakan suatu interaksi yang terkecil dan melibatkan dua peserta atau lebih. Secara umum pola pertukaran dirumuskan sebagai pembuka, jawaban, dan tindak lanjut. Ketiga unsur struktur disebut gerak. Gerak-gerak itu terdiri atas sejumlah tindak, sedangkan tindak dapat dibatasi berdasarkan fungsi ujaran dalam sebuah wacana, seperti pertanyaan, perintah, memberi keterangan, dan sebagainya. Ramirez (dalam Arifin dan Rani, 2000: 52-55) mendeskripsikan sebagai berikut.
a. Pembukaan
Tindak tutur yang terdapat pada pembuka seperti di bawah ini.
1)    Pertanyaan sungguhan, yaitu menanyakan sebuah informasi, penjelasan, alasan, keterangan yang tidak diketahui oleh penutur. Biasanya pertanyaan ini menggunakan bentuk kalimat pertanyaan seperti: Kapan ayah datang? Berapa tahun umurnya?
2)    Pertanyaan pura-pura, yaitu pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui informasi, penjelasan, alasan, dan sebagainya yang sebenarnya telah diketahui oleh penutur. Pertanyaan ini berguna untuk mengetahui pengetahuan masa lampau para pendengar. Biasanya bentuk kalimat yang digunakan untuk pertanyaan ini adalah kalimat tanya. Contoh: Di mana huruf besar diletakkan di dalam kalimat? Benarkah?

3)    Permintaan secara langsung, yaitu ujaran yang berisi permintaan dalam bentuk perintah yang memerlukan jawaban atau tindakan pendengar. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa kalimat suruhan. Tindak tutur ini dibedakan sebagai permintaan keras secara langsung untuk kepentingan pengelolaan kelas dan permintaan keras secara langsung untuk kepentingan disiplin. Contohnya: Buka pintu itu! Matikan lampunya! Diam, kau!

4)    Permintaan tak langsung, yaitu ujaran yang berisikan permintaan dalam bentuk perintah lunak yang memerlukan jawaban verbal atau tindakan dan cara penyampaiannya secara tidak langsung. Biasanya ujaran yang digunakan berupa kalimat tanya. Permintaan lunak tak langsung dibedakan menjadi dua macam, yaitu untuk kepentingan disiplin dan pengelolaan kelas.
Contoh: Dapatkah kamu membuka pintu itu?

5)    Informatif, yaitu ujaran dalam bentuk pernyataan yang berisi pendapat, ide, contoh, alasan, dan sebagainya yang ditujukan kepada mitra tuturnya. Bentuk ujaran yang digunakan biasanya berupa kalimat berita, bukan kalimat tanya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi informatif berperan serta dan informatif tidak berperan serta.
Contoh: Saya rasa dia salah memasuki ruangan ini.

6)    Metastatement, yaitu suatu pernyataan yang berisi suatu informasi yang sedang terjadi atau akan terjadi selama peristiwa belajar-mengajar.
Contoh: Besok, kuliah ditiadakan karena ada acara wisuda sarjana. Tugas mata kuliah harus diserahkan besok lusa.

7)    Ekspresif, yaitu suatu ujaran yang bersifat pribadi dalam bentuk komentar, penghargaan, atau pelahiran emosi yang lain. Dalam interaksi di kelas, ujaran ini ditujukan pada siswa dan biasanya tidak berhubungan dengan pelajaran.
Contoh: Aduh, bagus sekali bajumu!

b. Penjawaban
Tindak tutur yang terjadi dalam gerak ini lebih sedikit kemungkinannya, seperti di bawah ini.
1)    Menjawab, yaitu suatu tanggapan terhadap sebuah pertanyaan yang ditujukan pada dirinya. Tindak tutur ini dibedakan menjadi menjawab dengan berperan serta dan tidak berperan serta, misalnya jawaban dalam bentuk pendapat pribadi, perasaan, sikap, dan sebagainya.

2)    Timbal balik, yaitu tanggapan dalam bentuk tindak verbal ataupun tindal nonverbal sebagai jawaban dari permintaan atau perintah. Contoh:
Pertanyaan: Sedang apa kamu?        Timbal balik: Menulis.

3)    Ucapan terima kasih, yaitu tanggapan untuk mengucapkan terima kasih atas sebuah informasi yang diberikan.

4)    Pengulangan, yaitu bentuk pengulangan terhadap ujaran dalam bentuk pembuka.

5)    Pemicu ulang, yaitu suatu ujaran yang ditujukan pada siswa untuk mengulang atau memulai lagi.

c. Pelanjutan
Gerak lanjutan ini sering disebut sebagai feedback, karena tindak tutur yang digunakan pada umumnya merupakan balikan dari gerak jawaban. Tindak tutur yang terdapat pada gerak ini, antara lain:
1)    Penerimaan, yaitu ujaran yang berisi penerimaan terhadap jawaban siswa. Misalnya: Benar! Oke, bagus!

2) Penghargaan, yaitu ujaran yang berisikan penilaian terhadap jawaban atau pertimbangan kualitas. Contoh: Bagus sekali!

3)    Komentar, yaitu ujaran dalam bentuk pernyataan. Komentar ini biasanya mengikuti penerimaan, penghargaan, pembentulan.
       Contoh: Jadi memang benar apa yang dikemukakan oleh teman kalian tadi.

4)    Pembetulan, yaitu ujaran yang dimaksudkan untuk membetulkan jawaban siswa.
       Siswa: Rumah kaca.            Guru: Efek rumah kaca.

5)    Pengulangan, yaitu ujaran dalam bentuk pengulangan jawaban siswa.
       Siswa: Banjir bandang.       Guru: Banjir bandang.
6)    Parafrase, yaitu ujaran dalam bentuk pengubahan bentuk jawaban siswa.
Siswa :   Efek rumah kaca.   
Guru  :   Ya. Dengan kata lain, efek rumah kaca itu ya yang menyebabkan ozon bolong-bolong

Tidak ada komentar: