Bahasa
merupakan praktik kekuasaan. Wacana dapat digunakan untuk memperbesar pengaruh
kekuasaan. Wacana dapat menjadi sarana untuk memarjinalkan dan merendahkan
kelompok yang tidak dominan dalam wacana. Melalui bahasa seseorang dapat
ditampilkan secara baik ataupun buruk kepada khalayak.
Bahasa tidak dimaknai
sebagai sesuatu yang netral yang dapat mentransmisikan dan menghadirkan
realitas seperti keadaan aslinya, melainkan ia sudah bermuatan kekuasaan.
Kesenjangan
yang besar antara teks yang sangat mikro dan sempit dengan masyarakat yang luas
dan besar. Di antara keduanya terdapat jarak atau celah untuk menghadirkan
kekuatan-kekuatan dalam teks. Bahasa dijadikan alat untuk mendeteksi ideologi
dalam teks.
A. Wacana
Wacana
merupakan bentuk penting praktik sosial yang mereproduksi dan mengubah
pengetahuan, identitas,
dan hubungan sosial yang mencakup hubungan kekuasaan, sekaligus dibentuk oleh
struktur dan praktik sosial.
Wacana memiliki tiga efek dalam mengkonstruksi: (i)identitas sosial dan posisi
subjek, (ii) relasi sosial di antara orang-orang, (iii) sistem pengetahuan dan
kepercayaan.
Fairclough membangun sebuah model yang
disebut sebagai model tiga dimensi untuk analisis wacana: teks, discourse
practice, dan sosiocultural practice. Teks
dianggap memiliki muatan ideologi tertentu.
Discourse practice berkaitan
dengan proses produksi dan konsumsi teks. Sedangkan Sociocultural practice berhubungan
dengan konteks di luar teks.
B. Akal Sehat
Konsep
akal sehat menurut Fairclough diarahkan pada proses penerimaan terhadap
representasi sesuatu yang diambil begitu saja sebagai bagian
integral dari banyak kehidupan masyarakat. Mereka
secara bawah sadar meniru, mengulangi, dan menggunakan representasi tersebut sebagai suatu kebenaran yang
mutlak, bukan pilihan. Wacana akal sehat = wacana dominan
C. Ideologi
Ideologi adalah
pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan yang memiliki metode untuk
merasionalisasikan pemikiran.
Ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi
dan melegitimasikan dominasi mereka secara taken for granted (diterima
begitu saja).
Semua
teks selalu terkandung ideologi, baik yang tampil secara nyata maupun sembunyi.
Ideologi tercermin dari pemakaian kosakata, kalimat, dan tata bahasa tertentu. Ideologi
itu tersebar di antara anggota kelompok, dan ideologi yang tersebar itulah yang
menentukan bagaimana teks dibuat. Jadi, hubungan antara ideologi dan teks tidak
bersifat langsung, tetapi melalui mediasi praktik sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Struktur-struktur linguistik dimanfaatkan,
didayagunakan, difungsikan untuk mengemukakan ideologinya, secara sadar, tidak
sadar, bahkan bawah sadar. Isi
ideologi dalam wacana bahasa diekspresikan melalui pilihan bentuk-bentuk
lingual.
Pilihan
bentuk lingual itu antara lain:
(i)
ketransitifan,
(ii)
kalimat aktif-pasif,
(iii)
kalimat positif-negatif,
(iv)
modus kalimat deklaratif-interogatif-imperatif,
(v)
modalitas relasional,
(vi)
pronomina persona, dan
(vii)
modalitas ekspresif.
a) Ketransitifan
Teori ketransitifan dipergunakan untuk
menjawab tiga persoalan pokok yang dilontarkan Fairclough, yakni (i) tipe-tipe
proses dan partisipan yang dominan, (ii) penampakan agen, dan (iii) penampakan
proses.
Ketika
seseorang
memberikan representasi secara tekstual tentang tindakan, peristiwa, keadaan,
dan hubungan yang nyata atau imajinasi, sering terdapat pilihan antara
tipe-tipe proses dan partisipan yang berbeda dan seleksi yang dibuat itu
memiliki signifikansi ideologis tertentu. Pilihan agen-agen, misalnya sesuatu
yang animate, nomina tidak bernyawa, atau nomina abstrak, akan mengimplikasikan
signifikansi ideologis tertentu.
b) Kalimat Aktif dan Pasif
Proses-proses
tindakan dapat muncul dalam kalimat aktif maupun pasif. Kalimat pasif tanpa agen membiarkan
kausalitas dan kekaburan atau ketidakjelasan agen. Dalam
banyak kasus, ketidakhadiran agen digunakan untuk menyembunyikan pelaku.
c) Kalimat Positif dan Negatif
Pada umumnya nilai pengalaman
diekspresikan dalam kalimat positif, namun pada kasus tertentu, nilai pengalaman
diekspresikan dalam kalimat negatif. Negasi secara
jelas memiliki nilai pengalaman sebagai cara dasar yang dimiliki manusia dalam
membedakan apa yang bukan kasus dengan yang memang benar-benar kasus. Bentuk
negasi menjalankan tiga fungsi: (i) negatif yang sesungguhnya, (ii) negatif
yang manipulatif, dan (iii) negatif yang ideologis. Penulis atau pembicara secara
jelas menggunakan negatif sebagai cara untuk mengambil isu secara implisit yang
sesuai dengan asersi positif.
d) Modus Kalimat Deklaratif, Interogatif, dan
Imperatif
Modus kalimat adalah cara kalimat itu
diekspresikan kepada mitra bicara. Terdapat tiga cara,
yakni (i) deklaratif, (ii) pertanyaan gramatis, dan (iii) imperatif. Tiga modus
tersebut menempatkan subjek secara berbeda. Penempatan ini mengakibatkan
ketidaksimetrisan sistematis. Ketidaksimetrisan
sistematis dalam pembagian modus antarpartisipan menjadi penunjuk dari hubungan
partisipan. Bertanya, misalnya, pada umumnya berkaitan dengan “posisi
kekuasaan”. Bertanya dapat menjadi “tindakan” atau “informasi”, dan dapat juga
sebagai pemberi informasi. Deklaratif selain berarti pemberian informasi dapat
juga berarti perintah. Bertanya selain berarti permintaan informasi juga dapat
bernilai perintah.
e) Modalitas Relasional
Modalitas mengandung nilai relasional
apabila modal itu digunakan terkait dengan otoritas satu partisipan dalam
hubungan dengan partisipan lainnya.
f) Pronomina Persona
Pilihan pronomina persona berkenaan
dengan bagaimana pembicara menghadirkan dirinya di hadapan mitra bicaranya. Penggunaan pronomina persona dapat
menunjukkan hubungan kekuasaan dan solidaritas. Untuk
menunjukkan kekuasaannya, pembicara menggunakan kata atau bentuk kata tertentu.
Penggunaan kata “Bapak” untuk menggantikan persona pertama mengandung arti
bahwa orang pertama memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada mitra
tuturnya itu. Untuk menunjukkan solidaritas setiap bahasa mempunyai pelbagai alat
dan kata tertentu pula.
g) Modalitas Ekspresif
Modalitas
bukan hanya persoalan verba bantu modal. Pilihan terhadap verba bantu tertentu
akan menampilkan gambaran yang berbeda tentang realitas. Bentuk-bentuk
modalitas yang dipilih memiliki signifikansi ideologis tertentu. Contoh: verba are dalam Your library
books are overdue merupakan titik pangkal modalitas ekspresif, yakni sebuah
komitmen kategoris penutur terhadap kebenaran proposisi. Modalitas itu
merupakan lawan dari ekspresi negatif Your library books are
not overdue, sebuah komitmen kategoris yang sejajar
terhadap kebenaran proposisi yang dinegasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar