Sabtu, 15 September 2012

Perkembangan Makna


                  Perkembangan makna meliputi segala hal  tentang perubahan makna, baik yang meluas, menyempit, atau bergeser. Perkembangan ini sejalan dengan perkembangan penuturnya sebagai pemakai bahasa. Pemakai bahasa yang mewujudkan bahasa dalam bentuk kata dan kalimat. Dalam hal ini, mereka menggunakan kata-kata dan kalimat, baik dengan menambah, mengurangi, atau mengubahnya.

1.   Perubahan Makna
            Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan makna, yaitu:
a.   faktor kebahasaan (linguistic causes)
b.   faktor kesejarahan (historical causes)
c.   faktor sosial (social causes)
d.   faktor psikologis (psychological causes)
e.   pengaruh bahasa asing
f.    kepentingan akan kata-kata baru
            Adapun perubahan makna tersebut dibedakan berdasarkan akibatnya, yaitu:

a.  Perubahan Makna dari Bahasa Daerah ke Bahasa Indonesia
Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia dapat dicermati pada contoh kata seni. Kata seni ini memiliki kesepadanan dengan kata kunst yang berasal dari bahasa Belanda. Kata seni memiliki makna: (i) halus, (ii) air kencing, (iii) kecakapan membuat sesuatu yang indah (Poerwadarminta dalam Djajasudarma, 1993: 65). Bagi masyarakat Melayu, seni lebih banyak dihubungkan dengan air seni atau air kencing.

b.  Perubahan Makna Akibat Lingkungan
Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna suatu kata. Kata yang dipakai dalam lingkungan tertentu belum tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai pada lingkungan yang lain. Contoh tersebut dapat dilihat pada kalimat di bawah ini:
(i)   Buku ini dicetak oleh Balai Pustaka.
(ii)  Cetakan batu bata itu besar-besar.
(iii) Ali mencetak tiga gol dalam pertandingan sepak bola kemarin.
Kalimat pertama, makna cetak bergerak di lingkungan persuratkabaran, berbeda dengan kalimat kedua dan ketiga yang bergerak di bidang bagunan (arsitek) dan olahraga.

c.   Perubahan Makna Akibat Pertukaran Tanggapan Indera
Perubahan makna ini dapat juga disebut dengan sinestesia. Pertukaran ini berhubungan dengan alat indera manusia, misalnya pertukaran indera pendengaran dengan indera penglihatan, indera perasa dengan penglihatan.
Contoh pertukaran tersebut dapat dicermati melalui kalimat-kalimat di bawah ini.
(i)    Kata-katanya terlalu pedas.
(ii)  Gadis itu sangat manis sekali.
(iii) Kata-katanya sangat menyejukkan hati.
(iv) Wajahnya sangat sedap dipandang mata.

d.   Perubahan Makna Akibat Gabungan Kata
Gabungan kata dapat mengakibatkan perubahan pada makna. Contoh gabungan kata tersebut dapat dilihat di bawah ini:
(i)      surat perintah
(ii)     surat keterangan
(iii)    surat kaleng
   Surat yang dikirimkan orang tanpa menyebutkan alamat pengirim disebut surat kaleng, sama sekali tidak ada hubungan makna antara surat dan kaleng. Akan tetapi, makna asosiasi masih dapat terlihat pada gabungan kata surat keterangan dan surat perintah.

e.   Perubahan Makna Akibat Tanggapan Pemakai Bahasa
Perubahan akibat tanggapan pemakai bahasa, cenderung mengarah ke arah menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Kata yang mengarah pada hal yang menyenangkan disebut amelioratif, sedangkan kata yang mengarah pada yang tidak menyenangkan disebut peyoratif.
Contoh kata yang amelioratif adalah kata juara. Kata juara dulu bermakna “penyabung ayam”. Akan tetapi, kata juara pada masa sekarang memiliki makna yang positif (menyenangkan), yaitu pemenang, seperti pada juara renang, juara dunia, dan sebagainya.
Sedangkan contoh kata yang peyoratif adalah gerombolan. Dulu, kata gerombolan memiliki makna yang positif yaitu “orang yang berkelompok”. Akan tetapi, sejak munculnya pemberontakan di Indonesia, kata gerombolan memiliki makna negatif, tidak menyenangkan, bahkan menakutkan. Hal ini disebabkan, pada masa sekarang kata gerombolan dipadankan dengan pengacau, pemberontak, perampok, dan pencuri.

f.    Perubahan Makna Akibat Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara makna asli dengan makna baru. Makna ini dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa, tempat atau lokasi, warna, maupun tanda atau gambar tertentu.

2.   Proses yang Mengakibatkan  Perubahan Makna

a.   Hubungan Sintagmatik
Satuan leksikal dapat mengalami perubahan arti karena (i) kekeliruan pemenggalan morfem-morfem, misalnya Kata Jawa pramugari yang terjadi dari pra- dan bentuk dasar mugari ‘pembantu tuan rumah pada peralatan’. Pemenggalan yang salah untuk menghasilkan bentuk-bentuk lain muncul pada kata pramuniaga, pramuwisma, dan lainnya. Bentuk pramu- akhirnya dihubungkan dengan ‘pemberi jasa’. (ii) Persandingan yang lazim, yang disebut kolokasi. Misalnya bentuk nasib yang dapat bersanding dengan baik dan buruk. Akan tetapi, yang sering muncul adalah nasib buruk daripada nasib baik, sehingga di masyarakat maknanya menjadi berkonotasi buruk. Contohnya: Memang sudah nasibnya untuk hidup sendiri. (iii) Penghilangan salah satu unsur. Contohnya, bentuk acuh tak acuh yang berarti ‘tidak menghiraukan’ menjadi acuh dengan arti sama ‘tidak menghiraukan’.

b.   Rumpang di dalam Kosakata
Kosa kata bahasa Indonesia terkadang kekurangan bentuk untuk mengungkapkan konsep tertentu. Penutur bahasa dapat memilih satuan leksikal yang ada dan (i) menyempitkan maknanya. Misal pada kata pesawat ‘alat’, ‘mesin’, di kalangan penerbang menjadi sempit maknanya sehingga disamakan dengan pesawat terbang. (ii) meluaskan makna satuan leksikalnya. Contohnya, munculnya ayah kandung, selain terdapat ibu kandung dan saudara kandung meskipun ayah tidak pernah mengandung atau berada dalam satu kandung. Bentuk ini kemudian memiliki hubungan pertalian kekerabatan. (iii) memakai metafor atau kiasan. Misalnya kata catut yang maknanya sendiri adalah ‘alat pencabut paku’ kemudian disamakan dengan ‘calo’. (iv) acuan yang ada di luar bahasa. Contohnya bentuk perakitan dan merakit yang bermakna ‘menyatukan komponen-komponen’ di bidang automotif dipakai padanan assemble atau assembling.

c.   Perubahan Konotasi
Konotasi atau disebut juga tautan yang menyertai makna kognitif, sangat bergantung pada pembicaranya, pendengar, dan situasi yang melingkupinya. Berdasarkan itu ada yang menjurus pada yang positif dan adapula yang menjurus ke negatif. Kata yang menjurus ke arah yang positif misalnya ceramah dan kata yang menjurus ke arah yang negatif misalnya terlibat.
 
d.   Peralihan dari Pengacuan yang Konkrit Menjadi Abstrak
Peralihan dari acuan yang konkrit menjadi abstrak dapat dicermati pada contoh mencakup (menagkap dengan mulut, seperti buaya mengatupkan mulutnya apabila banyak lalat yang masuk) menjadi mencakup (termasuk di dalamnya).

e.   Sinestesia
Sinestesia adalah penggabungan dua macam tanggapan pancaindera terhadap satu hal yang sama. Misalnya pada gabungan kata muka masam, yang terjadi dari kombinasi antara indera penglihatan (muka) dan indera perasa (masam)

f.    Penerjemahan Harfiah
Pemungutan konsep baru yang diungkapkan di dalam bahasa lain terjadi juga lewat penerjemahan kata demi kata, sehingga bentuk terjemahan itu memperoleh arti baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Salah satu akibat proses perubahan makna yang terjadi adalah adanya satuan leksikal kuno dan satuan leksikal yang usang. Satuan leksikal kuno adalah satuan yang kehilangan acuannya karena acuannya tersebut berada di luar bahasa masa kini. Sedangkan satuan leksikal yang usang diakibatkan penurunan frekuensinya.

3.   Perluasan Makna
Makna dapat mengalami perluasan, misalnya pada kata saudara, bapak, dan ibu. Dulu digunakan untuk menyebut orang yang seketurunan (sedarah). Kata saudara dihubungkan dengan kakak atau adik yang seayah dan seibu. Kata bapak selalu dihubungkan dengan orang tua laki-laki, sedangkan kata ibu selalu dihubungkan dengan orang tua perempuan. Akan tetapi, pada masa sekarang kata-kata tersebut telah mengalami perluasan makna. Kata bapak digunakan untuk menyebut laki-laki yang tua, meskipun tidak ada pertalian darah; kata ibu juga sama halnya dengan kata bapak yang mengalami perluasan untuk menyebut perempuan yang tua; kata saudara digunakan untuk menyebut orang yang sebaya dengan pembicara.

4.   Pembatasan Makna
Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna yang dimiliki lebih terbatas dibandingkan dengan makna semula. Misalnya kata tukang yang memiliki makna luas ‘ahli’ atau ‘dapat mengerjakan sesuatu’. Sekarang makna tersebut mengalami pembatasan seperti pada (i) tukang kayu, (ii) tukang catut, dan (iii) tukang tambal ban.

5.   Pergeseran Makna
Pergeseran makna merupakan salah satu akibat dari perkembangan makna. Pergeseran ini dapat terjadi dengan cara menggati simbol, misalnya kata tahanan ‘tempat orang ditahan atau dipenjara setelah mendapat putusan dari hakim untuk menjalani hukuman’. Sekarang muncul lembaga kemasyarakatan yang maknanya mengalami pergeseran, yaitu bukan hanya tempat untuk menahan tetapi juga dijadikan tempat untuk mengubah tingkah laku terpidana agar kelak dapat diterima kembali oleh masyarakatnya.
Pergeseran makna selain melalui penggantian simbol, juga dapat dilakukan dengan mengubah bentuk imperatif pada bentuk segera laksanakan! Bergeser maknanya menjadi eufemisme, yaitu harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan. Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis lawan tutur untuk memperhalus dalam penggunaan kata-kata agar tidak terkesan kasar.

Tidak ada komentar: