Pengajaran sastra memiliki
tiga aspek yang menjadi tujuan pengajarannya, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Ketiganya memang berbeda, namun saling berkaitan dan saling
mengisi. Adapun tujuan penyajian sastra dalam dunia pendidikan adalah untuk
memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra. Karya sastra yang
dijadikan sebagai materi diharapkan mengandung nilai-nilai yang dapat
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Selain itu, proses ini diusahakan
dapat memungkinkan siswa memperoleh nilai-nilai tersebut dan menerapkannya
dalam kehidupan.
Pembelajaran karya sastra
dengan menggunakan media puisi dapat dilakukan dengan cara yang menarik, bukan
dengan cara yang telah biasa didapatkan anak-anak saat belajar. Karena sastra
merupakan kebebasan dalam berkreasi dan menyalurkan aspirasi baik dalam
kata-kata maupun gerakan. Maka, dalam pembelajaran karya sastra terutama puisi,
guru dapat mengajarkannya dengan cara yang menarik.
Cara menarik dalam
penyajian pembelajaran sastra pada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti mengajak siswa ke luar kelas untuk mengganti suasana atau untuk memilih
suasana yang mampu mendukung pembelajaran sastra, sampai pada penggunaan media
yang mendukung pembelajaran tersebut (gitar pada musikalisasi puisi, dan
alat-alat yang dapat menimbulkan bunyi sehingga menghidupkan dalam pembelajaran
sastra itu sendiri). Akan tetapi, yang perlu diingat adalah berapa banyak pun
cara yang dilakukan maupun berapa banyak pun media yang digunakan tidak akan
dapat efektif apabila guru itu sendiri tidak mampu menggunakan dirinya sevagai
media utama yang memiliki peran yang sangat besar dalam menjamin tercapai
tidaknya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, pertama-tama yang perlu dibenahi
dalam pengajaran sastra dan penanaman nilai-nilai positif adalah guru itu
sendiri. Guru haruslah seseorang yang berkompeten di bidangnya. Seseorang yang
memiliki kesadaran penuh dalam mengabdikan dirinya untuk mengarahkan anak didik
ke arah yang lebih baik. Jika hal tersebut telah dibenahi maka penggunaan media
apapun akan berkesan pada siswa karena siswa tertarik pada performansi guru
mereka. Dengan demikian interaksi antara siswa dan guru dapat berjalan lancar.
Di dalam interaksi terjadi proses yang
memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap
karya sastra, hingga akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya dalam kehidupan
nyata. Siswa diharapkan dapat memperoleh manfaat dari karya sastra yang
diapresiasikannya. Adapun proses yang disebutkan di atas dapat diperjelas
sebagai berikut:
1. Pengenalan merupakan suatu proses yang melibatkan
perilaku sungguh-sungguh untuk menemukan ciri-ciri umum karya sastra. Setelah
proses pengenalan selesai, kemudian timbul keinginan dari siswa itu sendiri
untuk mengetahui lebih banyak dan dalam lagi. Dalam hal ini guru dapat
memberikan pengetahuan terhadap sastra sebagai pendahuluan dalam pemberian
materi karya sastra terhadap siswa. Kegiatan ini merupakan pemenuhan terhadap
ranah kognitif.
2. Pemahaman merupakan proses yang dapat dicapai
melalui 1) upaya mencari kejelasan kata-kata sulit yang digunakan, 2)
membubuhkan kata sambung, dan 3) memberikan tanda baca dan tanda-tanda
pertalian larik. Siswa dalam proses ini diperkenalkan pada materi karya sastra
“Bangsa Kasihan".
3. Penghayatan dapat dilihat dari indikator yang
dicapai siswa. Misalnya, siswa mampu merasakan bagimana perasaan penyair
melalui kritikan yang dilakukan penyair pada setiap bait puisi saat membaca
sebagai rangsangan yang ditimbulkan pada karya sastra itu sendiri. Ini berarti
siswa telah menyatu dengan karya sastra.
4. Penikmatan merupakan tahap bagi siswa yang telah
merasakan lebih mendalam berbagai keindahan maupun ke-kompleks-an masalah yang
ditemuinya pada karya sastra. Melalui perasaan itu akan membantu siswa
menemukan berbagai nilai, di antaranya nilai-nilai kehidupan yang akan
membantunya menuju pola pikir yang positif.
5. Penerapan merupakan wujud perubahan sikap yang
timbul sebagai temuan nilai. Dalam hal ini siswa yang telah merasakan apa yang
terdapat dalam sastra, akan memanfaatkan temuan tersebut dalam bentuk nyata,
perubahan sikap dalam kehidupan. Ini merupakan pemenuhan terhadap ranah
afektif.
Siswa yang telah mampu mengambil nilai-nilai positif terhadap kehidupan
yang terdapat dalam “Bangsa Kasihan” berarti telah mencapai apresiasi terhadap
karya sastra itu. Hal ini diharapkan akan mendorong siswa untuk mampu berkarya,
baik dalam bentuk membacakan karya sastra melalui pendeklamasian, sampai pada
mampu membuat karya sastra itu sendiri meskipun masih dalam bentuk yang
sederhana. Ini berarti pemenuhan terhadap ranah psikomotorik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar