Pengajaran sastra adalah salah satu
bagian dari pelajaran Bahasa dan Sastra di sekolah. Pengajaran sastra ini
sepertinya tampak mudah sekali untuk dikatakan, namun dalam kenyataannya sulit
dirumuskan. Pengajaran sastra itu sangat kompleks. Sastra sebagai karya seni
memiliki kaidah-kaidah unik yang seringkali sulit untuk didefinisikan,
sedangkan dalam dunia pendidikan diperlukan batasan.
Pengajaran sastra dapat dikatakan
sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam mengakrabkan diri
dengan sastra. Di dalam interaksi terjadi proses yang memungkinkan terjadinya
pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra, hingga
akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian,
siswa akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang sifatnya positif dan mampu
membangun cara pandangnya menjadi lebih baik.
Sebuah karya sastra yang berjudul
“Bangsa Kasihan” dapat dijadikan materi
yang tepat dalam pengajaran sastra bagi siswa. Meskipun dalam karya sastra ini
penuh dengan simbol-simbol, namun isinya akan mudah diapresiasi siswa karena
isi dari karya sastra tersebut berisikan penceritaan mengenai sebuah negara
merdeka yang tertindas. Negara yang tidak menyadari adanya ancaman yang datang
pada bangsanya.
Pola pemikiran siswa SMA memang masih
belum stabil sepenuhnya. Akan tetapi, ini bukan berarti menjadi penghambat
dalam pemberian materi-materi yang mungkin dianggap berat. Di sinilah peran
guru untuk dapat mengarahkan siswa pada kedewasaan dalam berpikir dan pemberian
tanggung jawab. Mereka disuguhkan karya sastra yang berjudul “Bangsa Kasihan”
dimaksudkan agar dapat mengambil nilai-nilai positif dari pembelajaran yang
diterimanya. Siswa tidak perlu merasakan, melihat, maupun mengalami keadaan
yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Namun, mereka dapat menghadirkan
apa yang terdapat di dalam karya sastra tersebut di dalam alam imajinasi mereka
sendiri. Mereka dapat memposisikan diri mereka sebagai bangsa yang tertindas
maupun sebagai penyair yang memandang sebuah bangsa dengan penuh rasa kasihan.
Dengan demikian, diharapkan pembelajaran ini dapat menjadi pemberian
nilai-nilai yang positif dan bermanfaat bagi mereka guna memasuki masyarakat
yang memiliki permasalahan yang lebih kompleks dan bahkan lebih dari sekedar
apa yang dideskripsikan penyair dalam puisinya tersebut.
Materi yang menggunakan karya sastra
ini diyakini dapat memberikan pendidikan yang bukan hanya bersifat pengajaran
sehingga melupakan arti pemberian dan penanaman nilai-nilai positif. Akibatnya,
selama ini sebagian siswa yang hanya menerima pengajaran tanpa diiringi dengan
penanaman nilai-nilai menjadi siswa yang kemudian menjadi manusia “robot”. Atau
dalam istilah kependidikan dikenal sebagai manusia parsial. Manusia yang jauh
dari kepedulian terhadap sesama. Manusia yang sulit sekali disentuh jiwanya.
Manusia yang egois dengan keberadaan dirinya dan hanya untuk dirinya sendiri.
Inilah akibat dari miskinnya pemberian pendidikan nilai-nilai kehidupan.
Sehingga, manusia lupa bahwa dirinya bukanlah makhluk satu-satunya di muka
bumi, melainkan satu di antara ribuan juta makhluk di bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar