Jumat, 14 September 2012

Pengenalan Nilai Kehidupan Melalui Karya Sastra di SMA




Pengajaran sastra adalah salah satu bagian dari pelajaran Bahasa dan Sastra di sekolah. Pengajaran sastra ini sepertinya tampak mudah sekali untuk dikatakan, namun dalam kenyataannya sulit dirumuskan. Pengajaran sastra itu sangat kompleks. Sastra sebagai karya seni memiliki kaidah-kaidah unik yang seringkali sulit untuk didefinisikan, sedangkan dalam dunia pendidikan diperlukan batasan.
Pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa dalam mengakrabkan diri dengan sastra. Di dalam interaksi terjadi proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra, hingga akhirnya siswa mampu menerapkan temuannya dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, siswa akan memperoleh nilai-nilai kehidupan yang sifatnya positif dan mampu membangun cara pandangnya menjadi lebih baik.
Sebuah karya sastra yang berjudul “Bangsa Kasihan”  dapat dijadikan materi yang tepat dalam pengajaran sastra bagi siswa. Meskipun dalam karya sastra ini penuh dengan simbol-simbol, namun isinya akan mudah diapresiasi siswa karena isi dari karya sastra tersebut berisikan penceritaan mengenai sebuah negara merdeka yang tertindas. Negara yang tidak menyadari adanya ancaman yang datang pada bangsanya.
Pola pemikiran siswa SMA memang masih belum stabil sepenuhnya. Akan tetapi, ini bukan berarti menjadi penghambat dalam pemberian materi-materi yang mungkin dianggap berat. Di sinilah peran guru untuk dapat mengarahkan siswa pada kedewasaan dalam berpikir dan pemberian tanggung jawab. Mereka disuguhkan karya sastra yang berjudul “Bangsa Kasihan” dimaksudkan agar dapat mengambil nilai-nilai positif dari pembelajaran yang diterimanya. Siswa tidak perlu merasakan, melihat, maupun mengalami keadaan yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Namun, mereka dapat menghadirkan apa yang terdapat di dalam karya sastra tersebut di dalam alam imajinasi mereka sendiri. Mereka dapat memposisikan diri mereka sebagai bangsa yang tertindas maupun sebagai penyair yang memandang sebuah bangsa dengan penuh rasa kasihan. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran ini dapat menjadi pemberian nilai-nilai yang positif dan bermanfaat bagi mereka guna memasuki masyarakat yang memiliki permasalahan yang lebih kompleks dan bahkan lebih dari sekedar apa yang dideskripsikan penyair dalam puisinya tersebut.
Materi yang menggunakan karya sastra ini diyakini dapat memberikan pendidikan yang bukan hanya bersifat pengajaran sehingga melupakan arti pemberian dan penanaman nilai-nilai positif. Akibatnya, selama ini sebagian siswa yang hanya menerima pengajaran tanpa diiringi dengan penanaman nilai-nilai menjadi siswa yang kemudian menjadi manusia “robot”. Atau dalam istilah kependidikan dikenal sebagai manusia parsial. Manusia yang jauh dari kepedulian terhadap sesama. Manusia yang sulit sekali disentuh jiwanya. Manusia yang egois dengan keberadaan dirinya dan hanya untuk dirinya sendiri. Inilah akibat dari miskinnya pemberian pendidikan nilai-nilai kehidupan. Sehingga, manusia lupa bahwa dirinya bukanlah makhluk satu-satunya di muka bumi, melainkan satu di antara ribuan juta makhluk di bumi.

Tidak ada komentar: