Pendahuluan
Keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai
seseorang setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan
tersebut mensyaratkan seseorang dalam pemahaman terhadap penggunaan diksi,
pengelolaan kalimat efektif, pengorganisasian paragraf, dan penguasaan terhadap
pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Oleh
karena itu, sebagian orang beranggapan bahwa menulis merupakan sesuatu yang
tidak mudah.
Keterampilan menulis sangat
penting bagi mahasiswa
untuk memenuhi berbagai tugas perkuliahan. Keterampilan tersebut
menjadi penunjang keberhasilan mereka selama berkuliah, khususnya penulisan
karya ilmiah dalam bentuk makalah.
Penulisan makalah adalah hal biasa dalam perkuliahan
yang menuntut tugas tertulis pada mahasiswa. Akan tetapi, sebagian besar
mahasiswa dihadapkan pada kesalahpahaman dalam bentuk makalah yang hampir
menyerupai rangkuman hasil membaca. Hal ini tentu saja menjauhkan dari
pengertian makalah itu sendiri sebagai karya ilmiah. Pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan Universitas Negeri
Malang (2003: 5) menyebutkan pengertian makalah sebagai karya tulis yang memuat
pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis
dan runtut, dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Dengan demikian,
makalah tidaklah sama dengan rangkuman hasil membaca.
Selain kesalahpahaman dalam bentuk makalah, pemakaian
bahasa pada makalah pun sering mengalami kesalahan. Minimnya pengetahuan
mahasiswa terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menyebabkan
bahasa yang digunakan menjadi kurang efektif, teratur, dan tidak logis.
Padahal, syarat utama penulisan karya ilmiah, terutama makalah adalah
penyusunannya yang sistematis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Adanya kesalahan penulisan makalah secara
terus-menerus, baik dari susunannya maupun bahasa yang digunakan akan semakin
mempersulit mahasiswa ketika dihadapkan pada penulisan karya ilmiah yang lebih
besar, yaitu penulisan skripsi. Setiap mahasiswa tentu saja tidak menginginkan
hasil pemikirannya yang terdapat di skripsi menjadi tidak maksimal hanya karena
kesalahan dalam penyajian bahasanya. Sama halnya dengan dosen pembimbing
skripsi yang ikut bertanggung jawab terhadap penyajian skripsi mahasiswanya. Dosen
dibebani oleh tugas yang semakin berat ketika dihadapkan pada bahasa skripsi
mahasiswanya yang terlalu banyak kesalahan.
Pengertian Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu ciri pokok
kegiatan di perguruan tinggi. Karya ilmiah adalah karya tulis yang telah diakui
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, maupun seni. Karya ilmiah ditulis
sesuai dengan pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati dan ditetapkan.
Brotowidjoyo (2002: 9) mendefinisikan karya ilmiah sebagai karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar.
Pengertian Makalah
Salah satu bentuk karya ilmiah adalah makalah. Pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang
diterbitkan Universitas Negeri Malang (2003: 5) menyebutkan pengertian makalah
sebagai karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik
tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut, dengan disertai analisis
yang logis dan objektif. Sama halnya dengan pengertian sederhana yang diberikan
oleh Arifin (dalam Siddik dan Musaba, 2010: 45) terhadap pengertian makalah
sebagai karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah dengan pembahasan
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Dengan demikian, suatu
makalah yang baik dapat dilihat dari signifikansi masalah atau topik yang
dibahas, kejelasan tujuan, kelogisan pembahasan, dan kejelasan pengorganisasiannya.
Jenis Makalah
Makalah dapat dibedakan berdasarkan sifat dan jenis
penalarannya, yaitu makalah deduktif, makalah induktif, dan makalah campuran.
Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian
teoretis yang relevan dengan permasalahan. Makalah induktif adalah makalah yang
disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh di lapangan. Sedangkan makalah
campuran merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis
yang digabungkan dengan data empiris.
Dilihat dari segi jumlah halaman, makalah dibedakan
menjadi makalah pendek dan makalah panjang. Makalah pendek adalah makalah yang
jumlah halamannya kurang dari 20 halaman. Sedangkan makalah panjang jumlahnya lebih
dari 20 halaman.
Bahasa Makalah
Pemakaian bahasa pada karya ilmiah diarahkan pada
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini meliputi pemilihan
diksi, penggunaan kalimat efektif, penyusunan paragraf yang kohesi dan
koherensi. Selain itu, hal yang tidak pernah lepas dari penulisan makalah
adalah pengetahuan dan pengaplikasian pedoman ejaan yang disempurnakan (EYD).
Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik penulisan karya ilmiah, khususnya makalah
meliputi penggunaan tanda baca, teknik pengetikan, cara menulis kutipan dan
sumber kutipan, cara penulisan nomor halaman, cara menulis angka, cara menulis
singkatan, cara menulis daftar pustaka, cara menulis catatan kaki, pengetikan
tabel, pengetikan gambar ilustrasi, pengetikan lampiran, dan pengetikan transkrip
wawancara (Djuharie, 2001: 58-140).
Makalah secara garis besar terdiri atas tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Sistematika makalah sebagai
berikut.
Bagian
Awal
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian
Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah
Tujuan
Teks Utama
Penutup
Bagian
Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika
ada)
Materi Pelatihan
Penggunaan Tanda Baca
a) Huruf
Kapital
1.
|
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
|
||||||||||
Misalnya:
Apa
maksudnya?
Kita harus
bekerja keras.
|
|||||||||||
2.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||
Misalnya:
Adik
bertanya, "Kapan kita pulang?"
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
"Besok
pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".
|
|||||||||||
3.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||
Misalnya:
Allah, Yang
Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran,
Weda, Islam, Kristen
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
|
|||||||||||
4.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
|
||||||||||
Misalnya:
Mahaputra
Yamin Imam Syafii
Sultan
Hasanuddin Nabi
Ibrahim
|
|||||||||||
Catatan :
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
|
|||||||||||
Misalnya:
Dia baru
saja diangkat menjadi sultan.
|
|||||||||||
5.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
|
||||||||||
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
Profesor
Supomo
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
|
|||||||||||
Misalnya:
Siapa gubernur
yang baru dilantik itu?
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
|
|||||||||||
6.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
|
||||||||||
Misalnya:
Amir Hamzah
Ampere
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama sejenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
|
|||||||||||
7.
|
Huruf
kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
|
||||||||||
Misalnya:
bangsa Indonesia
bahasa Inggris
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
|||||||||||
Misalnya:
mengindonesiakan
kata asing
|
|||||||||||
8.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
|
||||||||||
Misalnya:
| |||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
|
|||||||||||
Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
|||||||||||
9.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri.
|
|||||||||||
Misalnya:
berlayar
ke teluk
menyeberangi
selat
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
|
|||||||||||
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
|
|||||||||||
11.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
|
||||||||||
Misalnya:
Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak
Keputusan Presiden
Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen
resmi.
|
|||||||||||
Misalnya:
menjadi
sebuah republik
menurut undang-undang
yang berlaku
|
|||||||||||
12.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
|
||||||||||
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
|
|||||||||||
13.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
||||||||||
Misalnya:
Saya telah
membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Dia adalah
agen surat kabar Sinar Pembangunan.
|
|||||||||||
14.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
15.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
|
||||||||||
Misalnya:
"Kapan
Bapak berangkat?" tanya Harto.
Surat Saudara
sudah saya terima.
|
|||||||||||
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
|
|||||||||||
Misalnya:
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
|
|||||||||||
16.
|
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
|
||||||||||
Misalnya:
Sudahkah Anda
tahu?
Surat Anda
telah kami terima.
|
B. Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
buku
Negarakertagama karangan Prapanca
|
|
2.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
|
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
|
|
3.
|
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
|
|
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
|
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang
akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
Penulisan Kata
a) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
|
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
|
b) Kata Turunan
1.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
|
||||||||
Misalnya:
·
menengok
·
mempermainkan
|
|||||||||
2.
|
Jika bentuk dasar berupa gabungan
kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya.
|
||||||||
Misalnya:
·
bertepuk
tangan
·
menganak
sungai
|
|||||||||
3.
|
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan
kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
|
||||||||
Misalnya:
·
menggarisbawahi
·
menyebarluaskan
|
|||||||||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
|
||||||||
Misalnya:
|
Catatan:
(1)
|
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata
yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan
tanda hubung (-).
|
Misalnya:
|
|
(2)
|
Jika kata maha sebagai unsur
gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar,
gabungan itu ditulis terpisah.
|
Misalnya:
Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
|
c) Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung.
|
Misalnya:
anak-anak,
buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri,
kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk,
mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda,
tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis,
terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
|
d) Gabungan Kata
1.
|
Gabungan kata yang lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
|
Misalnya:
duta
besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja
tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang
empat.
|
|
2.
|
Gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
|
Misalnya:
alat
pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
|
|
3.
|
Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
|
Misalnya:
acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana,
barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata,
kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi,
matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna,
radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala,
segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar,
titimangsa, wasalam
|
e) Kata Ganti ku, kau,
mu, dan nya
Kata
ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f) Kata Depan di, ke,
dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai
satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Misalnya:
Kain
itu terletak di dalam lemari.
Ia
ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia
datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata
yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si
Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami
percaya sepenuhnya kepadanya.
g) Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau
itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat
itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
|
h) Partikel
1.
|
Partikel -lah, -kah, dan
-tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
Apatah
gunanya bersedih hati?
|
|
2.
|
Partikel pun ditulis terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa
pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika
ayah pergi, adik pun ingin pergi.
|
|
Catatan:
Kelompok
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
|
|
3.
|
Partikel per yang berarti
'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
|
Misalnya:
Pegawai
negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka
masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga
kain itu Rp2.000 per helai
|
Penulisan Isi Makalah
Makalah secara garis besar terdiri atas tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Sistematika makalah sebagai
berikut.
Bagian
Awal
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian
Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah
Tujuan
Teks Utama
Penutup
Bagian
Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika
ada)
A. Isi Bagian Awal
1) Halaman
Sampul
Hal-hal yang terdapat pada bagian sampul adalah judul makalah, keperluan
makalah, nama penulis makalah, tempat dan waktu penulisan makalah.
2) Daftar
Isi
Daftar Isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang garis besar
isi makalah. Melalui daftar isi, pembaca akan mudah menemukan bagian-bagian
makalah. Daftar isi diperlukan jika panjangnya 20 halaman.
3) Daftar
Tabel dan Gambar
Penulisan daftar tabel dan gambar dimaksudkan untuk memudahkan pembaca
menemukan tabel atau gambar yang terdapat dalam makalah.
B. Isi Bagian Inti
1) Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan
beserta batasan pembahasan, dan tujuan penulisannya.
2) Latar
Belakang
Latar belakang berisikan hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah.
Isinya berupa paparan teoretis yang bersifat praktis dan objektif.
3) Masalah
Masalah adalah hal yang akan dibahas pada isi makalah. Masalah meliputi
persoalan yang memerlkan pemecahan, penjelasan lebih lanjut, pendeskripsian,
dan penegasan.
4) Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai dalam penulisan makalah. Oleh
karena itu, tujuan harus memberikan gambaran tentang penguraian dan pembahasan
terhadap topik yang telah ditentukan.
5) Teks
Utama
Teks utama berisi pembahasan topik-topik yang telah ditentukan.
Penulisannya disajikan secara mendalam dan tuntas, gaya penulisannya ringkas,
lancar, dan langsung pada persoalan, serta menggunakan bahasa yang baik dan
benar.
6) Penutup
Bagian penutup berisikan simpulan atau rangkuman, serta saran-saran (jika
diperlukan).
C. Isi Bagian Akhir
1) Daftar
Rujukan
Daftar rujukan berisi informasi sumber-sumber data yang dikutip oleh
makalah.
2) Lampiran
Lampiran merupakan bagian tambahan atau pelengkap yang dimanfaatkan dalam
proses penulisan makalah.
Penulisan Rujukan (Kutipan)
A. Pengertian Rujukan
Rujukan adalah
kegiatan mengutip pendapat seseorang atau sekelompok orang dari berbagai media
informasi, baik buku, artikel, surat kabar, atau internet.
B. Jenis-Jenis Rujukan
1) Rujukan Langsung
a. Rujukan kurang dari 40 kata
§ Umar (1994:62) merumuskan,”Membaca
ragam sepintas ialah membaca secara cepat yang kadang-kadang disertai
melompat-lompat terhadap suatu bacaan.”
§ Rumusan
membaca ragam sepintas adalah, “Membaca secara cepat yang kadang-kadang
disertai melompat-lompat terhadap suatu bacaan” (Umar, 1994:62).
§ “Dari
kalangan yang kurang memahami manfaatnya yang sangat besar dan merata sering
terlontar pertanyaan yang berbunyi ‘Buat apa sih buku-buku teks itu?’” (Tarigan
& Tarigan, 1993:15).
- Rujukan lebih dari atau sama dengan 40 kata
§ Letaknya tersendiri dari paragraf utama.
§ Diketik dengan satu spasi.
§ Menjorok kanan dan kiri sebanyak 5 ketuk.
§ Tidak menggunakan tanda kutip.
2) Rujukan Tidak Langsung
- Salimin (1990: 13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik dari mahasiswa tahun keempat.
- Mahasiswa tahun ketiga lebih baik dari mahasiswa tahun keempat (Salimin, 1990: 13).
Penulisan Daftar Rujukan
A.
Pengertian Daftar Rujukan
Daftar rujukan berisi informasi sumber-sumber data yang dikutip oleh
makalah.
B.
Contoh Daftar Rujukan dari Berbagai Sumber
1) Rujukan dari buku
Agustian, Ary
Ginanjar. 2006. ESQ Power. Jakarta: Arga.
Alwi, Hasan dan
Dendy Sugono. 2000a. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan dan
Dendy Sugono. 2000b. Budaya Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan dan
Dendy Sugono. 2001. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
2) Rujukan dari buku yang
berisi kumpulan artikel
Agustian, Ary
Ginanjar (Ed.). 2006. Linguistik dan Perkembangannya. Jakarta: Angin
Selatan.
Alwi, Hasan dan
Dendy Sugono (Eds.). 2000. Budaya Santun Berpolitik. Jakarta: Keroyok
Bareng.
3) Rujukan dari artikel
dalam kumpulan artikel
Agustian, Ary.
2006. Linguistik Transformasi. Dalam Sudaryanto (Ed.), Linguistik dan
Perkembangannya (hlm. 234-240). Jakarta:
Angin Selatan.
4) Rujukan dari artikel
dalam jurnal
Alwi, Hasan.
2000. Kesantunan dalam Berbahasa. Forum Penelitian,I (2): 33-47. Malang:
Kertas Jaya.
5) Rujukan dalam artikel di majalah atau koran
Huda, Yanuar. 13
November, 1995. Menyiasati Hegemoni Politik di Indonesia. Jawa Post, hlm.
6.
Jawa Post. 22
April, 1998. Kemandirian Perempuan Kelas Bawah, hlm. 5.
6) Rujukan dari lembaga
Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
7) Rujukan dari dokumen
resmi negara
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
8) Rujukan berupa terjemahan
Ary, Jacobs.
Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furqon.
2010. Banjarmasin: Usaha Bersama.
9) Rujukan dari Skripsi,
Tesis, atau Disertasi
Cahaya, Noor.
2006. Penerapan Prinsip Kerja Sama pada Tanya-Jawab di Pengadilan Negeri
Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PBSID, FKIP Unlam.
10) Rujukan makalah dari
seminar, penataran, atau lokakarya.
Prasetyo, Agung.
2005. Tatakota Negara-Negara Berkembang. Makalah disajikan dalam Seminar
Tatakota, Bappeda Jawa Timur, 1-2 September.
11) Rujukan dari internet
Ary, Jacobs. 20
November 2008. Pengelolaan Waduk di Indonesia, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu,
diakses 22 November 2008).
12) Rujukan dari email
pribadi
Naga, Dali (ikip_jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel
untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@mlg.ywnc.or.id).
1 komentar:
thank you :)
Posting Komentar