Minggu, 12 Agustus 2012

Keterampilan Menulis Makalah


Pendahuluan
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai seseorang setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan tersebut mensyaratkan seseorang dalam pemahaman terhadap penggunaan diksi, pengelolaan kalimat efektif, pengorganisasian paragraf, dan penguasaan terhadap pedoman Ejaan yang Disempurnakan (EYD).  Oleh karena itu, sebagian orang beranggapan bahwa menulis merupakan sesuatu yang tidak mudah.
Keterampilan menulis sangat penting bagi mahasiswa untuk memenuhi berbagai tugas perkuliahan. Keterampilan tersebut menjadi penunjang keberhasilan mereka selama berkuliah, khususnya penulisan karya ilmiah dalam bentuk makalah.
Penulisan makalah adalah hal biasa dalam perkuliahan yang menuntut tugas tertulis pada mahasiswa. Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa dihadapkan pada kesalahpahaman dalam bentuk makalah yang hampir menyerupai rangkuman hasil membaca. Hal ini tentu saja menjauhkan dari pengertian makalah itu sendiri sebagai karya ilmiah. Pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan Universitas Negeri Malang (2003: 5) menyebutkan pengertian makalah sebagai karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut, dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Dengan demikian, makalah tidaklah sama dengan rangkuman hasil membaca.
Selain kesalahpahaman dalam bentuk makalah, pemakaian bahasa pada makalah pun sering mengalami kesalahan. Minimnya pengetahuan mahasiswa terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menyebabkan bahasa yang digunakan menjadi kurang efektif, teratur, dan tidak logis. Padahal, syarat utama penulisan karya ilmiah, terutama makalah adalah penyusunannya yang sistematis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Adanya kesalahan penulisan makalah secara terus-menerus, baik dari susunannya maupun bahasa yang digunakan akan semakin mempersulit mahasiswa ketika dihadapkan pada penulisan karya ilmiah yang lebih besar, yaitu penulisan skripsi. Setiap mahasiswa tentu saja tidak menginginkan hasil pemikirannya yang terdapat di skripsi menjadi tidak maksimal hanya karena kesalahan dalam penyajian bahasanya. Sama halnya dengan dosen pembimbing skripsi yang ikut bertanggung jawab terhadap penyajian skripsi mahasiswanya. Dosen dibebani oleh tugas yang semakin berat ketika dihadapkan pada bahasa skripsi mahasiswanya yang terlalu banyak kesalahan.

Pengertian Karya Ilmiah
Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu ciri pokok kegiatan di perguruan tinggi. Karya ilmiah adalah karya tulis yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, maupun seni. Karya ilmiah ditulis sesuai dengan pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati dan ditetapkan. Brotowidjoyo (2002: 9) mendefinisikan karya ilmiah sebagai karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.

Pengertian Makalah
Salah satu bentuk karya ilmiah adalah makalah. Pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan Universitas Negeri Malang (2003: 5) menyebutkan pengertian makalah sebagai karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut, dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Sama halnya dengan pengertian sederhana yang diberikan oleh Arifin (dalam Siddik dan Musaba, 2010: 45) terhadap pengertian makalah sebagai karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah dengan pembahasan berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Dengan demikian, suatu makalah yang baik dapat dilihat dari signifikansi masalah atau topik yang dibahas, kejelasan tujuan, kelogisan pembahasan, dan kejelasan pengorganisasiannya.

Jenis Makalah
Makalah dapat dibedakan berdasarkan sifat dan jenis penalarannya, yaitu makalah deduktif, makalah induktif, dan makalah campuran. Makalah deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis yang relevan dengan permasalahan. Makalah induktif adalah makalah yang disusun berdasarkan data empiris yang diperoleh di lapangan. Sedangkan makalah campuran merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis yang digabungkan dengan data empiris.
Dilihat dari segi jumlah halaman, makalah dibedakan menjadi makalah pendek dan makalah panjang. Makalah pendek adalah makalah yang jumlah halamannya kurang dari 20 halaman. Sedangkan makalah panjang jumlahnya lebih dari 20 halaman.

Bahasa Makalah
Pemakaian bahasa pada karya ilmiah diarahkan pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini meliputi pemilihan diksi, penggunaan kalimat efektif, penyusunan paragraf yang kohesi dan koherensi. Selain itu, hal yang tidak pernah lepas dari penulisan makalah adalah pengetahuan dan pengaplikasian pedoman ejaan yang disempurnakan (EYD).

 Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Teknik penulisan karya ilmiah, khususnya makalah meliputi penggunaan tanda baca, teknik pengetikan, cara menulis kutipan dan sumber kutipan, cara penulisan nomor halaman, cara menulis angka, cara menulis singkatan, cara menulis daftar pustaka, cara menulis catatan kaki, pengetikan tabel, pengetikan gambar ilustrasi, pengetikan lampiran, dan pengetikan transkrip wawancara (Djuharie, 2001: 58-140).
Makalah secara garis besar terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Sistematika makalah sebagai berikut.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah
Tujuan
Teks Utama
Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)

Materi Pelatihan
Penggunaan Tanda Baca
a) Huruf Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "Dia akan berangkat".
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:
Mahaputra Yamin              Imam Syafii
Sultan Hasanuddin             Nabi Ibrahim

Catatan : Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:
Amir Hamzah
Ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.

Misalnya:
mesin diesel
10 volt
7.
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.

Misalnya:
bangsa Indonesia
bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:
bulan Agustus
hari Lebaran
bulan Maulid
   Perang Candu


Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:
Asia Tenggara
Kali Brantas
Banyuwangi
Lembah Baliem

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:
berlayar ke teluk
menyeberangi selat

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:
garam inggris
gula jawa
 
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya:
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
12.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
13.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
 
14.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:
Dr.
doktor
M.A.
master of arts
Ny.
nyonya




15.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
Surat Saudara sudah saya terima.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
16.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

 

B. Huruf Miring

1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya:
buku Negarakertagama karangan Prapanca
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia Mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.

Penulisan Kata

a) Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.

b) Kata Turunan

1.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:
·         menengok
·         mempermainkan
2.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:
·         bertepuk tangan
·         menganak sungai

3.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:
·         menggarisbawahi
·         menyebarluaskan
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:
adipati
mahasiswa
antarkota
multilateral
biokimia
paripurna
caturtunggal
Poligami
Catatan:
(1)
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:
  • non-Indonesia
  • pan-Afrikanisme
(2)
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

c) Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra

d)  Gabungan Kata

1.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
3.
Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
e) Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f) Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
 
g) Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
h) Partikel
1.
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
2.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
3.
Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000 per helai

Penulisan Isi Makalah
Makalah secara garis besar terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Sistematika makalah sebagai berikut.
Bagian Awal
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)
Bagian Inti
Pendahuluan
Latar Belakang
Masalah
Tujuan
Teks Utama
Penutup
Bagian Akhir
Daftar Rujukan
Lampiran (jika ada)

A. Isi Bagian Awal
1)    Halaman Sampul
Hal-hal yang terdapat pada bagian sampul adalah judul makalah, keperluan makalah, nama penulis makalah, tempat dan waktu penulisan makalah.
2)    Daftar Isi
Daftar Isi berfungsi memberikan panduan dan gambaran tentang garis besar isi makalah. Melalui daftar isi, pembaca akan mudah menemukan bagian-bagian makalah. Daftar isi diperlukan jika panjangnya 20 halaman.
3)    Daftar Tabel dan Gambar
Penulisan daftar tabel dan gambar dimaksudkan untuk memudahkan pembaca menemukan tabel atau gambar yang terdapat dalam makalah.

B. Isi Bagian Inti
1)    Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan beserta batasan pembahasan, dan tujuan penulisannya.
2)    Latar Belakang
Latar belakang berisikan hal-hal yang melandasi perlunya ditulis makalah. Isinya berupa paparan teoretis yang bersifat praktis dan objektif.
3)    Masalah
Masalah adalah hal yang akan dibahas pada isi makalah. Masalah meliputi persoalan yang memerlkan pemecahan, penjelasan lebih lanjut, pendeskripsian, dan penegasan.
4)    Tujuan
Tujuan merupakan hal yang ingin dicapai dalam penulisan makalah. Oleh karena itu, tujuan harus memberikan gambaran tentang penguraian dan pembahasan terhadap topik yang telah ditentukan.
5)    Teks Utama
Teks utama berisi pembahasan topik-topik yang telah ditentukan. Penulisannya disajikan secara mendalam dan tuntas, gaya penulisannya ringkas, lancar, dan langsung pada persoalan, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6)    Penutup
Bagian penutup berisikan simpulan atau rangkuman, serta saran-saran (jika diperlukan).

C. Isi Bagian Akhir
1)    Daftar Rujukan
Daftar rujukan berisi informasi sumber-sumber data yang dikutip oleh makalah.
2)    Lampiran
Lampiran merupakan bagian tambahan atau pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses penulisan makalah.

Penulisan Rujukan (Kutipan)
A. Pengertian Rujukan
Rujukan adalah kegiatan mengutip pendapat seseorang atau sekelompok orang dari berbagai media informasi, baik buku, artikel, surat kabar, atau internet.

B. Jenis-Jenis Rujukan
1) Rujukan Langsung
a.     Rujukan kurang dari 40 kata
§  Umar (1994:62) merumuskan,”Membaca ragam sepintas ialah membaca secara cepat yang kadang-kadang disertai melompat-lompat terhadap suatu bacaan.”
§  Rumusan membaca ragam sepintas adalah, “Membaca secara cepat yang kadang-kadang disertai melompat-lompat terhadap suatu bacaan” (Umar, 1994:62).
§  “Dari kalangan yang kurang memahami manfaatnya yang sangat besar dan merata sering terlontar pertanyaan yang berbunyi ‘Buat apa sih buku-buku teks itu?’” (Tarigan & Tarigan, 1993:15).

  1. Rujukan lebih dari atau sama dengan 40 kata
§  Letaknya tersendiri dari paragraf utama.
§  Diketik dengan satu spasi.
§  Menjorok kanan dan kiri sebanyak 5 ketuk.
§  Tidak menggunakan tanda kutip.

2) Rujukan Tidak Langsung
  • Salimin (1990: 13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik dari mahasiswa tahun keempat.
  • Mahasiswa tahun ketiga lebih baik dari mahasiswa tahun keempat (Salimin, 1990: 13).

Penulisan Daftar Rujukan
A. Pengertian Daftar Rujukan
Daftar rujukan berisi informasi sumber-sumber data yang dikutip oleh makalah.

B. Contoh Daftar Rujukan dari Berbagai Sumber
1) Rujukan dari buku
Agustian, Ary Ginanjar. 2006. ESQ Power. Jakarta: Arga.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2000a. Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2000b. Budaya Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono. 2001. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

2) Rujukan dari buku yang berisi kumpulan artikel
Agustian, Ary Ginanjar (Ed.). 2006. Linguistik dan Perkembangannya. Jakarta: Angin Selatan.
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (Eds.). 2000. Budaya Santun Berpolitik. Jakarta: Keroyok Bareng.

3) Rujukan dari artikel dalam kumpulan artikel
Agustian, Ary. 2006. Linguistik Transformasi. Dalam Sudaryanto (Ed.), Linguistik dan Perkembangannya  (hlm. 234-240). Jakarta: Angin Selatan.

4) Rujukan dari artikel dalam jurnal
Alwi, Hasan. 2000. Kesantunan dalam Berbahasa. Forum Penelitian,I (2): 33-47. Malang: Kertas Jaya.

5) Rujukan dalam  artikel di majalah atau koran
Huda, Yanuar. 13 November, 1995. Menyiasati Hegemoni Politik di Indonesia. Jawa Post, hlm. 6.
Jawa Post. 22 April, 1998. Kemandirian Perempuan Kelas Bawah, hlm. 5.

6) Rujukan dari lembaga
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

7) Rujukan dari dokumen resmi negara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

8) Rujukan berupa terjemahan
Ary, Jacobs. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furqon. 2010. Banjarmasin: Usaha Bersama.

9) Rujukan dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Cahaya, Noor. 2006. Penerapan Prinsip Kerja Sama pada Tanya-Jawab di Pengadilan Negeri Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PBSID, FKIP Unlam.

10) Rujukan makalah dari seminar, penataran, atau lokakarya.
Prasetyo, Agung. 2005. Tatakota Negara-Negara Berkembang. Makalah disajikan dalam Seminar Tatakota, Bappeda Jawa Timur, 1-2 September.

11) Rujukan dari internet
Ary, Jacobs. 20 November 2008. Pengelolaan Waduk di Indonesia, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 2008).


12) Rujukan dari email pribadi
Naga, Dali (ikip_jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada Ali Saukah (jippsi@mlg.ywnc.or.id).

1 komentar:

Mentari mengatakan...

thank you :)