Pendahuluan
Pada
bagian ini akan dibahas mengenai mekanisme percakapan yang lebih dikhususkan
pada isi. Dengan demikian, akan membantu pemahaman terhadap percakapan dalam
kaitannya dengan pragmatik.
1. Koherensi
Secara intuisi
seseorang dapat membedakan antara percakapan yang koheren dan tidak koheren.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui alasan bagaimana seseorang itu
dapat membedakannya adalah dengan cara mendefinisikan istilah dari koheren itu
sendiri.
Percakapan,
seperti wacana secara umum diatur oleh prinsip koheren. Urutan suatu percakapan
dalam membentuk kekoherensian harus memenuhi tindak ilokusi yang merujuk pada
praanggapan pragmatik. Di bawah ini terdapat potongan teks yang tidak koheren
meskipun memiliki urutan yang teratur.
Teks 1
I: Is it something you have experienced?
P: No, yes, it is been said to us.
I: Aha
P: Yes, it is been said
I: Who said it to you?
P: Well, I can hardly remember who. There are many
young gentlemen here, many young people who have been separated, and they have
said it-they have told something about it. Yes.
I: Where are these young people?
P: Well, they are three hundred things after all,
so we are, we had people all over space, yes. There were...the whole of space
was filled with people and then they were put into three skins at our place.
I: Three skins?
P: Yes, they were put into the body, but I think
that two of skins are ready, they should be ready, they should be separated.
And there were three hundred thousand who had no reason, or soul, or reason.
But now they are so...now it seems that there are some who have neither soul
nor reason and they had to be helped, and people have to be helped, I can’t do
it here in this where we are, we have to be in...if I am to take care of these
things. These...that’s what the ladies say, they are aware...
...
P: I’ve helped them in Øster Søgade [a major
thoroughfare in central Copenhagen] we helped them in that way.
I: in Øster Søgade?
P: Yes, we helped them in that way there and there
were many who slid away and many who were helped. Yes.
I: There were many who slid away and many who
were helped?
P: Yes, I don’t know how many, I don’t know. But
there are many trisks and svilts, I think there are most trisks and svilts
[meaningless English words calqued on equally meaningless Danish ones; cf.
‘trilms’, below]. That is those who are made out of svilt clay.
I: Out of svilt clay?
P: Yes, it is out on space. They make them in
trilms.
I: Trilms?
P: By trilms. And then they go through three
levels. Some only go through two. Some go through three. Yes. When they make
them.
Teks 1 merupakan contoh teks yang tidak koheren meskipun pada wacana
tersebut tampak memperlihatkan keteraturan. Percakapan pada teks tersebut tidak
memberikan arahan yang tepat sehingga terjadi ketidakpaduan dalam membentuk
kesatuan makna pada percakapan. Pewawancara hanya mengulangi sebagian kata-kata
yang diucapkan oleh pasien.
Teks 2
A: What’s the time?
B: (a) Eleven.
(b) Time for coffee.
(c) I haven’t got a watch, sorry.
(d) How should I know.
(e) Ask Jack.
(f) You know bloody well what time it is.
(g) Why do you ask?
(h) What did you say?
(i) What do you mean?
Pada teks 2 memperlihatkan bagaimana pertanyaan A mendapat jawaban yang
dihadirkan dalam bentuk alternatif oleh B. Pertanyaan A diterima secara relevan
oleh B dengan alternatif jawaban (a) atau (b). Ini menandakan bahwa tuturan A
dan B dengan alternatif (a) dan (b) memiliki kekoherensian. Akan tetapi, ini
bukan berarti alternatif (c) – (i) merupakan jawaban yang tidak sesuai sehingga
dikatakan tidak koheren. Alternatif jawaban (c) –(i) dapat dikatakan relevan
dengan pertanyaan A jika percakapan tersebut dilihat pada konteks terjadinya
percakapan. Jadi percakapan antara A dan B pada teks 2 merupakan contoh tuturan
yang koheren.
2. Keteraturan
Banyak contoh percakapan yang ternyata di dalamnya belum tentu koheren
meskipun memiliki keteraturan dalam urutan percakapan. Akan tetapi, keteraturan
urutan tetap memiliki peran yang penting dalam membentuk struktur percakapan
yang tidak hanya pada tingkat formal, namun pada tingkat pemaknaan tuturan atau
bagaimana tuturan itu berfungsi. Levinson (1983: 293) mengatakan “...rather, the units in question [the
utterances] seem to be functionally defined by the actions they can be seen to
perform in context.” (...melainkan, unit-unit yang dipertanyakan [tuturan]
sepertinya secara fungsional didefinisikan dengan tindakan-tindakan dalam
membentuk konteks). Sebaliknya, Tsui (1991: 111) menambahkan “...the violation of the rules [governing coherent sequences] results
incoherent discourse which is noticed and attended to by interlocutors,
and...the violation of these rules can usually be accounted for.”
(...pelanggaran aturan [pengaturan urutan koheren] mengakibatkan ketidakkoherenan
dalam wacana yang dicatat dan dihadiri oleh lawan bicara, dan...pelanggaran
aturan ini pada umumnya dibukukan.)
3. Pasangan Berdekatan
Pasangan berdekatan dapat didefinisikan sebagai dua unsur tuturan
berikutnya pada sebuah pertukaran percakapan. Pasangan ini dapat dicirikan
dalam tipe-tipenya yang memiliki kekuatan ilokusi, seperti sapaan,
permintaan-pemenuhan (penerimaan), permintaan informasi-pemberian informasi,
dan lain sebagainya.
Analisis percakapan klasik membedakan antara pasangan pertama dan kedua
pada pasangan berdekatan. Perbedaan ini didasarkan pada permintaan dan
pemenuhan permintaan, baik dengan respon positif maupun negatif. Misalnya,
Teks 3
A: Could you please close that windows?
B: Sure.
Teks 4
A: Could you please close that windows?
B: No way.
Teks 3 berisikan permintaan A kepada B untuk menutup jendela. Hal ini
kemudian direspon oleh B dengan kesediaannya untuk menutup jendela (sure). Bagian tuturan kedua (B) telah
memberikan pemenuhan terhadap permintaan A. Berbeda dengan itu, teks 4
berisikan penolakan terhadap permintaan A. Akan tetapi, ini tidak akan
mempengaruhi tipe pertukaran pembicaraan atau pasangan berdekatannya. Dengan
demikian, adanya pasangan berdekatan ini akan bermanfaat dalam memprediksikan
jawaban yang akan diterima dan mengaturnya.
Teori
tentang pasangan berdekatan memperlihatkan adanya kesesuaian dalam bentuk
respons seketika yang sesuai dengan harapan, kesesuaian antara bagian pertama
dan kedua. Akan tetapi, apabila bagian kedua tidak ditemukan pada percakapan, penutur
dapat mengulang bagian pertama itu dengan memberikan penekanan Could you PLEASE close that windows?
Pada umumnya pengulangan pada bagian pertama ini tidak terjadi pada percakapan
secara normal.
Perbedaan terhadap adanya kemungkinan pengaruh pragmatik pada jawaban
dipandang sebagai pemahaman yang benar-benar relevan dalam pertukaran
percakapan. Hal ini dapat dikaitkan dengan pembedaan tindak tutur langsung dan
tindak tutur tidak langsung. Misalnya, Sangat
dingin di sini. Tuturan tersebut secara pragmatik dapat dipahami sebagai
permintaan untuk menutup pintu maupun jendela.
Kekoherensian pada pasangan berdekatan dapat dilihat dari sudut isi
pertanyaan yang di dalamnya tidak hanya terdapat tindak ilokusi, melainkan juga
praanggapan pragmatik. Pengkombinasian pada pasangan berdekatan akan membantu
dalam memadukan tuturan melalui interpretasi tuturannya.
4. Percakapan dan Tindak Tutur
Penemuan terhadap pasangan dalam
struktur percakapan memiliki kemiripan dengan analisis percakapan sebagai
pengembangan terhadap pemahaman teori tindak tutur yang dipelopori oleh kaum
behaviorisme. Keteraturan pada tindak tutur yang diperlihatkan merupakan
perwujudan terhadap tindak seseorang. Misalnya, Aku nikahkan engkau dengan....
Contoh lainnya dapat ditemukan pada percakapan antara John dan Mildred
pada sebuah pesta.
Teks 5
John :
It’s getting late, Mildred.
Mildred : Are you really that bored?
Do you want to go home?
So?
Jika dipisahkan pasangan tuturan
tersebut dapat ditemukan tuturan John yang mewakili: pernyataan mengenai waktu,
ekspresi kebosanan, tindak penghakiman, atau pemberian kode rahasia untuk
mengingatkan sesuatu. Oleh karena itu, perlu ditetapkan tindak ilokusi pada
tuturan tersebut. Untuk mengetahui tindak ilokusi itu tergantung pada hal-hal
sebagai berikut: seberapa dekat Mildred dengan John (apakah mereka telah
menikah atau hanya kencan biasa), pesta seperti apa yang dihadiri (apakah makan
malam formal atau hanya sekedar makan biasa), dan lain sebagainya. Dengan kata
lain, untuk memahaminya harus melibatkan konteks pada saat tuturan itu terjadi.
Yang terpenting dalam percakapan bukanlah pada penuturnya, melainkan pada efek
dari tindak tutur tersebut dalam mengembangkan interaksi percakapan.
5. Di Luar
Pengorganisasian Lokal
Berdasarkan penjenisan tindak tutur
dalam mencapai pengklasifikasian ‘kedekatan’, kita harus melihat penjelasan di
luar kerangka yang menjadi dasar teori tindak tutur. Sachs dengan
etnometodologinya beranggapan bahwa pemikiran penutur menjadi konstitusi
terhadap tipe pertukaran. Dalam hal ini pragmatik menekankan pada apapun yang
terjadi sebagai hasil aspek terpenting dengan segala situasinya. Oleh karena
itu, tipe pasangan percakapan telah ditentukan, bukan melalui persetujuan
penutur percakapan saja, tetapi oleh kerja sama antara penutur dan petutur.
Levinson mengatakan bahwa
kita tidak semestinya terlalu memperkirakan pentingnya pengorganisasian
percakapan sebagai cara untuk menyediakan model pasangan kedekatan. Pertama, seseorang dapat
menghasilkan percakapan lebih daripada
apa yang mereka tuturkan. Pada
percakapan kita dapat melihat urutan percakapan (sapaan, pertanyaan-jawaban,
permintaan-pemenuhan, dll.) yang tidak selalu menjadi mayoritas dalam
pertukaran. Kedua, pada model yang telah ditentukan, bagian pasangan
tidak selalu sama seperti yang telah diramalkan dalam analisis percakapan
terdahulu. Misalnya:
Teks 6
What does Joe do for a living?
Kemungkinan jawaban yang diberikan
adalah
(a) Do you need to know?
(b) Oh this and that.
(c) I’ve no idea.
(d) What’s that got to do with it?
(e) He doesn’t.
6. Tindak Pragmatik
Kita dapat melihat tindak pragmatik dari dua sudut pandang, sosial
(masyarakat) dan linguistik. Dari sudut pandang sosial, kita dihadapkan
dengan batasan seseorang dalam kemampuan pada dirinya: cerita hidup, pendidikan, kelas, jenis kelamin,
usia, dan seterusnya.
Sedangkan dari sudut pandang linguistik: Apakah bahasa dapat digunakan dalam
membentuk tindak pragmatik? Dalam hal ini Verschueren menyebutnya dengan
kemampuan beradabtasi pada gambar kebahasaan. Maksudnya, seorang anggota
masyarakat bersandar pada bahasa sebagai alat utama untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan kondisi yang melingkupi mereka. Dengan jelas disebut sebagai
tindak tutur menjadi bagian dalam kategori ini. Tindak tutur merupakan alat
yang dimiliki untuk mengontrol lingkungan di sekitar yang pada gilirannya akan
menyesuaikannya ke arah tersebut. Levinson menyebutkan mengenai tindak tutur
yang difungsikan dari konteks ke konteks.
Seperti yang kita lihat dalam banyak kesempatan mengenai tindak
pragmatik tidak mungkin menunjuk pada kejadian tertentu dari tindak tutur.
Ketika seseorang melakukan penolakan secara tidak langsung, tindak tutur tidak
dapat disamakan dengan tindak pragmatik. Oleh karenanya, kita dapat katakan
bahwa tindak pragmatik adalah tindak tutur ketika dituturkan dalam konteks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar